MEDAN, WOL – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan akan terus memberikan perawatan maksimal kepada pasien gizi buruk dan pasien yang didiagnosa fractur fremur dextra kini menjalani perawatan intensif di rumah sakit milik Pemko Medan itu.
Direktur RSUD dr Pirngadi Medan, dr Edwin Effendi kepada Waspada Online, Jumat (23/10), mengatakan pihaknya akan melakukan perawatan secara maksimal seperti salah satunya kepada pasien Aqila yang mengalami gizi buruk tipe Marasmus yang dirawat di ruang 3 lantai 3 rumah sakit.
“Kita akan merawat dengan maksimal dan ini sesuai dengan kebijakan dan perhatian dari Wali Kota Medan terhadap pasien gizi buruk yang dijemput oleh pak Pj Wali Kota Medan,†terangnya.
Sejak masuk, pasien dengan keluhan sesak nafas dan gizi buruk dengan berat badan rendah. Harusnya dengan usia pasien Aqila yang 9 bulan berat badannya sudah 9 kg. Namun, saat masuk rumah sakit ini, berat badannya 3,9 Kg. “Sekarang dengan perawatan yang diberikan berat badannya sudah bertambah jadi 4,2 Kg,†ujar Edwin.
Banyak keluhan seperti sesak, jantung lemah. Pasien sudah diberi perawatan dengan melakukan pemeriksaan jantung, paru-paru dan akan dilakukan pemeriksaan pada jantungnya apakah ada gangguan fungsi akibat gizi buruk.
“RS Pirngadi dalam memberikan pelayanan dan perawatan juga melibatkan tim dokter anak, paru, jantung dan akan melakukan pemeriksaan lengkap serta pemulihan gizi agar tidak terganggu fungsi lainnya dan kita akan bantu sepenuhnya kerjasama dengan dinas kesehatan dan dinas sosial untuk jaminan kepesertaan,†terangnya.
Ini merupakan kebijakan Wali Kota untuk membantu warga yang butuh pengobatan dengan memberi pelayanan yang maksimal. Hal ini dilakukan tidak hanya kepada dua pasien ini saja tetapi juga kepada kasus-kasus lainnya.
“Dan kita akan terus memantau keadaan pasien, ini juga dilakukan untuk memberikan kenyamanan kepada pasien di rumah sakit,†ungkap Edwin.
Sementara Asnah Murnia, ibu Aqila Maulida, mengatakaan, anaknya mengalami sesak, batuk dan panas. Dia juga sudah membawanya ke puskesmas dan dokter spesialias tetapi tidak menganjurkan untuk rawat inap.
Namun, karena menyangkut biaya, suaminya hanya seorang tukang jahit, hanya dibawa ke Posyandu dan puskesmas. Tetapi, berat badan Aqila yang merupakan anak ke limanya tidak juga bertambah.
“Mau dirujuk, kami belum punya kartu BPJS. Saat saya bawa ke Posyandu beberapa minggu setelah lahir, berat Aqila gak naik, makanya kami bawa juga ke dokter spesialis tapi gak dirawat inap,†ujarnya.(wol/eko/data2)
Editor: SASTROY BANGUN
Discussion about this post