IDI RAYEUK, WOL – Muhammad Nasir (56), terus menatapi wajah anaknya dalam selembar foto ukuran 10 inchi yang terpampang dalam sebuah bingkai kaca.
Ia tak menyangka jika anaknya yang merantau sejak 2004 lalu ke negeri Jiran, Malaysia, pulang dalam kondisi mengenaskan dengan terbungkus kain kafan di dalam peti.
Junaidi merupakan anak kandungnya berjenis kelamin laki-laki. Ia dilaporkan tewas dengan luka gorok dileher, diduga korban telah dibunuh akibat persaingan kerja di Cyberjaya Malaysia.
Jasad korban kemudian dibawa pulang ke rumahnya di Gampong (Desa) Bintah, Kecamatan Madat, Kabupaten Aceh Timur. Jasadnya tiba pada pukul 18.00 WIB, Rabu (27/1), setelah dijemput langsung oleh keluarga korban di Bandara Kuala Namu, Medan.

Keluarga korban menyebutkan, Junaidi diketahui dibunuh pada Jumat (22/1). Sang ayah mengetahui anak pertamanya dari empat bersaudara itu dibunuh setelah adanya sejumlah warga di Gampong Bintah mendapatkan foto jasad Junaidi yang tersebar di media sosial.
“Almarhum merantau ke Malaysia sejak 2005 lalu. Saya terakhir kalinya berkomunikasi dengannya akhir 2015 lalu, setelah itu putus contact dan akhirnya mendapat kabar bahwa almarhum telah dibunuh akibat persaingan kerja,†ungkap Nasir kepada Waspada Online, Jumat (29/1).
Sang ayah terus resah dan khawatir. Keluarga korban terus mencari tau tentang kebenaran informasi yang diterimanya itu. Terakhir baru terungkap bahwa anaknya benar telah dibunuh dan itu menyebar luas di media sosial.
Nasir juga mengungkapkan bahwa anaknya itu tidak pernah pulang ke kampung halaman sejak merantau tahun 2004 lalu. Junaidi, kata warga, merupakan sosok pria yang sederhana, lugu dan pekerja keras. Sehingga menyisakan keprihatinan yang sangat mendalam bagi warga yang mengenalinya.
Rais, warga setempat menyebutkan, almarhum merupakan alumni dari salah satu Akademi Keperawatan (Akper) di Kota Langsa, Aceh. Ia berangkat ke Malaysia untuk memenuhi kehidupan yang lebih layak, apalagi saat itu Aceh masih dilanda konflik.
Kini, jasad korban telah dimakamkan oleh pihak keluarga di Tempat Pemakaman Umum di desa setempat. Korban dimakamkan setelah satu jam tiba di rumah duka, ratusan warga termasuk Muspika Kecamatan setempat turut antusias mengantarkan jenazah ke pemakaman.(wol/chai/data2)
Editor: SASTROY BANGUN
Discussion about this post