MEDAN, WOL – Permasalahan buruknya pengelolaan lingkungan hidup di Sumatera Utara sedang menyeruak. Banyak pencemaran lingkungan hidup secara telanjang dipertontonkan oleh pelaku industri di Sumut.
Pemerhati Sosial Kemasyarakatan Sumut, Effendi Syahputra menilai pelanggaran-pelanggaran terhadap lingkungan hidup seperti pencemaran yang dihasilkan oleh limbah-limbah industri bisa mulus berjalan karena lemahnya pengawasan dan penindakan oleh pemerintah dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumatera Utara.
“Bagaimana mau optimal pengawasan dan penindakannya, kalau cuma ada dua Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) saja di BLH Sumut, berbanding 1800-an perusahaan yang tercatat sebagai penghasil limbah di Provinsi Sumatera Utara ini,” cetus Effendi, Selasa (23/2).
Tokoh muda Sumut ini pesimis penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran lingkungan dapat efektif berjalan dengan minimnya tenaga PPNS lingkungan hidup di Sumut.
“Pada akhirnya banyak kebobolan, sulit menegakkan hukum kalau personilnya cuma segini, akhirnya pelaku industri gak sungkan buang limbahnya ke sungai, ke laut atau di tanamnya saja di tanah, toh tidak ada pengawasan ketat dari BLH,” jelas Effendi.
Untuk itu Effendi meminta pemerintah dapat menambah secara masif PPNS lingkungan hidup ini di tingkatkan provinsi maupun di level kabupaten dan kota di seluruh Sumatera Utara.
“Kementerian lingkungan hidup harus segera menambah personil PPNS, agar ke depan pengelolaan lingkungan hidup khususnya llimbah berbahaya dan beracun dapat optimal,” harap Effendi.
Selain hal itu, pimpinan ormas Persatuan Indonesia Sumatera Utara juga meminta para Legislator di DPRD Sumur agar menyiapkan satu perangkat peraturan daerah yang kuat agar pengelolaan lingkungan hidup di Sumut ini tertib.
“Dalam resesnya para anggota dewan harus dalami permasalahan ini, gali dan komisi yang berkompeten segera merancangnya dalam Prolegda guna menjadi satu perda yang tajam dalam hal pengelolaan lingkungan hidup terkhusus masalah pencemaran limbah bahan bahaya beracun ini, jangan anggap sepele masalah limbah ini, di negara-negara maju sudah jadi isu penting,” tutup Effendi.(wol/rdn/data2)
Editor: SASTROY BANGUN
Discussion about this post