MEDAN, WOL – Sejumlah 35 orang calon siswa yang diduga terlibat dalam percaloan dan membawa telepon seluler saat ujian penerimaan calon bintara 2016, harus rela digugurkan kepesertaannya sebagai calon polisi.
“Polda Sumut menggugurkan 35 calon siswa yang dianggap terlibat percaloan,” tegas, Kabid Humas Polda Sumut, AKBP Rina Sari Ginting, Senin (13/6).
Dikatakan, sebenarnya hanya ada beberapa siswa yang digugurkan karena dianggap terlibat dalam percaloan, sedangkan sisanya digugurkan karena membawa telepon seluler.
Rina mengatakan ke enam anggota Polri yang diamankan pihak Propam Polda Sumut tersebut bukan merupakan panitia pelaksana ujian, melainkan disiagakan untuk membantu keberlangsungan pelaksanaan ujian.
“Jadi keenam anggota Polri yang sebagian diantaranya personel Sabhara itu bukan merupakan panitia inti, hanya saja disiagakan untuk membantu proses pelaksanaan ujian, karena jumlah peserta cukup banyak hingga ribuan orang,” jelasya.
Namun menurutnya, kesempatan tersebut justru disalahgunakan untuk menerima handphone yang berisi foto mengenai soal ujian masuk. Saat itu panitia kemudian memergoki adanya dugaan penyerahan handphone dari siswa ke polisi.
Menurutnya, saat ini keenam anggota polisi yang diduga terlibat jual-beli kunci jawaban ujian penerimaan sekolah calon bintara (Secaba) angkatan 2016 itu masih menjalani pemeriksaan di Propam.
Rina menyatakan, apabila ditemukan adanya unsur tindak pidana, maka kasus itu akan ditangani Ditreskrimsus Polda Sumut untuk ditelusuri lebih jauh.
“Hasil pemeriksaannya belum bisa disampaikan karena masih dalam proses. Kalau hukuman yang dijatuhkan beragam, bisa berupa mutasi hingga PTDH tergantung hasil pemeriksaan dan sidang kode etik nantinya. Apabila nantinya ditemukan unsur tindak pidana, maka yang menangani Ditreskrimsus Poldasu,” jelas Rina.
Sementara itu, pengawas ujian dari pihak eksternal, Dr Alfi Sahari, mengatakan tidak ada soal bocor pada peristiwa dicokoknya enam anggota kepolisian yang diduga membantu calon siswa agar lolos ujian. Katanya dia bersama-sama panitia dan program yang mengamankan soal ujian.
“Tidak ada soal yang bocor,” tuturnya.
Disebutkan, kerahasian soal sangat terjamin karena soal bersifat rahasia dan dibagikan setelah diacak. Katanya hanya tiga pengawas yang bisa membuka brankas tempat soal disimpan.
“Ketiganya masing-masing memegang kunci,” katanya. Namun pria yang berprofesi sebagai dosen ini tidak tau kenapa handphone bisa masuk ke dalam ruang ujian.(wol/roy/data2)
Editor: HARLES SILITONGA
Discussion about this post