JAKARTA, WOL – Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) langsung bereaksi melalui akun twitter pribadi terkait aksi unjuk rasa oleh ratusan mahasiswa di kediaman pribadinya di Jalan Mega Kuningan Jakarta Selatan pada Senin 6 Februari 2017.
Selain itu, SBY juga menyampaikan reaksi di twitternya terkait dugaan penyadapannya telepon antara dirinya dengan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma’aruf Amin. SBY menilai hal tersebut membuat keamanan dirinya sebagai warna negara terancam. Bahkan dia meminta Presiden Joko Widodo dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjamin keselamatannya.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD mengatakan, keaktifan SBY dalam menyampaikan pendapat tersebut adalah hal yang wajar. Sebagai rakyat, kata dia, tentunya SBY punya hak menyampaikan pendapat apa yang dirasakan.
“Bagus juga pak SBY pakai twitter sehingga kita mendengar apa yang dirasakan dan diperlukan,” kata Mahfud di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (9/2).
Meski begitu, Mahfud menilai apa yang saat ini tengah dirasakan oleh SBY adalah buah dari apa yang diperbuatnya selama menjadi Presiden. Salah satunya adalah ketika SBY membiarkan kadernya Ruhut Sitompul mencela dan mengkritisi politikus ataupun pihak yang tidak sejalan dengan pemerintah.
Nah, saat ini Ruhut malah berbalik arah melawan atau mengkritisi langkah politik yang diambil SBY. Bagaikan perumpamaan pepatah mengatakan, “apa yang ditanam, maka itu yang akan dipetik.”
“Itu memberikan pelajaran bahwa apa yang dulu dilakukan seorang Presiden terhadap orang lain sekarang juga menimpa dia. Misalnya dia (SBY) dulu sering membiarkan Ruhut Sitompul memaki-maki orang dan nampaknya dia menikmati itu. Sekarang dia juga dimaki-maki Ruhut Sitompul, artinya roda selalu berputar, artinya siapa yang berkuasa dulu sekarang atau besok roda akan selalu berputar jadi hati-hati,” kata Mahfud.
Menurut Mahfud, roda selalu berputar telah menjadi bagian sejarah Indonesia. Mahfud pun mengambil contoh mengenai keris yang dibuat Mpu Gandring. Pendiri Kerajaan Singosari, Ken Arok yang membunuh Mpu Gandring menggunakan keris yang dibuatnya justru tewas oleh Anusapati, anak dari Tunggul Ametung yang juga dibunuhnya.
“Dalil yang dikemukakan Mpu Gandring akan berlaku di dalam kehidupan kita. Mpu Gandring ketika ditusuk keris buatan Mpu Gandring oleh Ken Arok kemudian Ken Arok mati dengan keris itu, Anusupati yang membunuh Ken Arok juga mati dengan keris itu dan sebagainya. Kan itu kehidupan saja,” ungkapnya.
Meski demikian, Mahfud tak mempersoalkan kepantasan seorang mantan presiden berkeluh kesah di twitter. Hal itu merupakan hak SBY sebagai pribadi.
“Pantas saja menurut saya, hak dia juga. Pantas dan tidak pantas ukurannya kan informal. Seperti saya juga sering bergurau melalui cuitan-cuitan tapi kok tiba-tiba menjadi viral, dan besar jadi terkena sindir tapi saya enjoy dengan twitter,” ujar dia.(inilah/ags/data1)
Discussion about this post