MEDAN, WOL – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia turun 9 basis poin atau turun sekitar 0,154 persen di level 6.061. Posisi tertinggi IHSG tercatat di level 6.073 dan terendah di level 6.045. Perdagangan saham hari ini terpantau sangat ramai dengan frekuensi perdagangan 368.612 kali.
Dan volume perdagangan sejumlah 14 triliun. Kinerja IHSG ini bergerak di teritori negatif. Aksi jual mewarnai kinerja IHSG pada perdagangan hari ini. Pelemahan ini diyakini karena oleh sentimen teknikal dimana pelaku pasar melakukan aksi profit taking memanfaatkan kenaikan indeks sebelumnya. Tercatat dalam perdagangan hari ini, Investor asing melakukan aksi jual sebesar 10 triliun.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, memandang saham-saham yang termasuk dalam Group Sri Kehati mengalami penurunan sebesar 0,6 persen begitu juga dengan saham-saham yang masuk dalam group infobank15 juga mengalami penurunan sebesar 6 poin atau sebesar 0,8 persen. Dan sektor saham yang mengalami kenaikan pada perdagangan hari ini ialah sektor mining yaitu naik 25 basis poin atau sebesar 1,6 persen.
“Pergerakan Bursa Asia hari ini bergerak bervariatif. Selain IHSG, Indeks Philippine Stock Exchange juga mengalami pelemahan 37 poin atau sebesar 0,456 persen. Dipengaruhi oleh beberapa sektor yang mendukung pelemahan tersebut. Selain itu, Indeks Hangseng juga mengalami pelemahan 68 basis poin atau sebesar 0,23 persen,” tuturnya, Sabtu (2/12).
Adapun indeks Topix dan Nikkei 225 mengalami rebound setelah mengalami koreksi selama dua hari berturut-turut sebelumnya. akibat kabar tentang rencana terkini Korea Utara untuk meluncurkan rudalnya kembali, investor tampaknya mengabaikan peluncuran rudal balistik antarbenua oleh Korut pagi tadi dan cenderung mencermati rencana pemangkasan pajak di Amerika Serikat (AS) yang diusung Presiden Donald Trump.
“Penutupan perdagangan nilai tukar rupiah terpantau stabil di level 13.495 per US Dolar. Perekonomian dunia saat ini dinilai cukup stabil. Dan nilai tukar rupiah saat ini menguat terhadap dolar Amerika Serikat. Hal ini dipengaruhi oleh mata uang Dollar Amerika Serikat yang diperdagangkan cenderung bergerak melemah seiring ketidak pastian tentang suku bunga acuan The Fed,” pungkasnya.(wol/eko/data1)
Editor: SASTROY BANGUN
Discussion about this post