MEDAN, Waspada.co.id – Bertempat di posko relawan DJOSS di Jalan Dr Cipto Medan, Minggu (8/7) kemarirn, Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Sitorus menggelar acara silaturahim dan doa bersama para relawan.
Pada kesempatan itu, Djarot-Sihar berbaur bersama pendukung sambil berpesan agar mereka tetap semangat membangun Sumatera Utara yang lebih baik. Keduanya juga mengajak masyarakat menghargai apapun hasil Pilgubsu.
“Kita sudah berjuang untuk Sumut dan tidak pernah menyesal sedikitpun. Hanya saja, sangat disayangkan Sumut mengalami kemunduran demokrasi akibat masih adanya praktik politisasi SARA, intimidasi, ujaran kebencian, dan penyebaran berita hoax. Tapi kami tetap bangga karena para relawan dan pendukung tetap berada di jalur yang benar,†kata Djarot didampingi Sihar.
Dalam pidatonya, Djarot mengingatkan bahwa dirinya dan Sihar berjuang untuk Sumut demi perubahan yang lebih baik. Pasalnya, mereka paham betul bahwa memimpin pemerintahan tidaklah gampang dan butuh transparansi.
“Jabatan maupun kekuasaan sebagai Gubsu dan Wagubsu bukan tujuan utama. Itu hanya sarana untuk mewujudkan pembangunan Sumut, melawan kebodohan, korupsi, narkoba, maupun ketidakadilan. Kekuasaan itu justru menjadi ujian yang sesungguhnya,†katanya lagi.
Dijelaskan bahwa DJOSS memiliki niat mengabdi untuk Sumut agar pemerintahannya bersih dan bebas korupsi, masyarakat tidak miskin dan sengsara, dan sebagainya. Alasan itu pula Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDI Perjuangan mengutus Djarot-Sihar untuk membenahi Sumut.
“Mengurus pemerintahan harus bersih, uang rakyat ya untuk kesejahteraan rakyatnya, bukan kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Kami diutus Ibu Mega karena masing-masing punya pengalaman dan kelebihan. Toh, kegagalan maupun keberhasilan kami anggap sebagai anugerah dari Allah SWT,†ujar pria kelahiran Magelang tersebut.
“Kita berjuang untuk nilai-nilai mulia, kebenaran dan keadilan, Bhinneka Tunggal Ika. Kita tidak mempermasalahkan perbedaan suku, agama, warna kulit, tapi berjuang sesuai ideologi Pancasila. Sumut itu miniatur Indonesia karena keberagamannya,†tutur Djarot lagi.
Di akhir pidatonya, Djarot mengutip Bung Karno yang menyatakan bahwa revolusi belum selesai bila masih ada ketidakadilan di sekitar masyarakat. Khususnya revolusi mental bangsa harus diperjuangkan dan menjadi program Presiden Joko Widodo pada tahun 2019 mendatang.
“Mari kita bersama perjuangkan Pak Jokowi untuk dua periode, kemenangan nanti bukan untuk kita saja tapi seluruh rakyat Indonesia agar mendapat hak dan kewajiban yang sama tanpa membedak-bedakan,” tutup Djarot yang disambut aplaus hadirin. (wol/aa/data1)
Editor: AUSTIN TUMENGKOL
Discussion about this post