ISLAMABAD, Waspada.co.id – Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, melelang mobil pemerintahan dalam acara lelang di Islamabad, karena lebih memilih menggunakan helikopter untuk perjalanan dinas.
Dilaporkan Reuters, (18/9) lelang pada Senin mengumpulkan sekitar 200 juta rupee atau Rp 41 miliar. Namun hasil ini hanya sepersepuluh dari jumlah yang diprediksi, dan hanya 61 dari lebih dari 100 lebih kendaraan yang ditawarkan.
Hampir tiga perempat dari 101 kendaraan yang ditawarkan berusia 10 tahun atau bahkan lebih. Dari yang ditawarkan, dua kendaraan adalah Toyota Corolla berusia 32 tahun.
Total penjualan menunjukkan sedikit minat salah satunya Mercedes Benz yang diperkirakan seharga US$ 1,5 juta atau Rp 22 miliar untuk setiap unit.
Ada sekitar 500 orang yang hadir pada lelang, salah satunya Nawab Gul yang membeli Toyota Altas tahun 2005 seharga 1,25 juta rupee atau Rp 256 juta.
Mantan bintang kriket, Imran Khan, 65 tahun, menjabat kursi perdana menteri bulan lalu setelah kampanyenya yang mengecam korupsi dan pemborosan oleh dua partai politik utama yang memerintah Pakistan selama 50 tahun lebih.
Imran Khan berjanji untuk memotong biaya, termasuk memangkas iring-iringan kendaraan pemerintah dan menjual lahan publik.
Namun selama kampanye, Imran Khan lebih memilih menggunakan helikopter dari rumahnya di perbukitan di sekitar Islamabad, daripada mengendarai mobil.
Alih-alih berhemat, Imran Khan disindir karena lebih sering menggunakan helikopter ke Islamabad hampir setiap hari, setelah menyatakan dia akan menjauhkan diri dari fasilitas mewah.
Menteri Informasi Chaudhry berpendapat bahwa helikopter menggunakan lebih sedikit bahan bakar daripada iring-iringan mobil, dan mengatakan untuk menuju ke satu titik hanya menghabiskan 50 rupee atau sekitar Rp 10.200 per kilometer. Namun klaim hitung-hitungan ini memancing ejekan.
“Mengapa Anda tidak menghentikan layanan bus metro dan sebaliknya membiarkan orang menikmati wahana helikopter murah?” sindir seorang pembawa acara TV.
Faktanya, dibanding mobil, helikopter Imran Khan menghabiskan biaya sekitar 200 ribu rupee atau Rp 41 juta per jam dengan rincian untuk bahan bakar, awak pesawat, pemeliharaan dan inspeksi, Syed Naseem Ahmad, ketua Perhimpunan Penyelidikan Keamanan Udara Pakistan. (tempo/data2)
Discussion about this post