MEDAN, Waspada.co.id – Musibah tenggelamnya Kapal Motor (KM) Sinar Bangun yang mengalami kecelakaan di Danau Toba, Juni lalu, tentunya menimbulkan dampak buruk, seperti tidak tercapainya target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Tanah Air, khususnya ke Danau Toba.
Terkait hal ini, Prof H Deddy Mulyana MA PhD yang juga Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Bandung menilai dari sisi pandang komunikasi bahwa solusinya bukan tambal sulam. Dikatakan, solusinya harus secara holistik dan sistematik.
“Artinya, semua stakeholder yang berkaitan harus duduk bersama dan koordinasi secara intens. Yang pertama, harus mengumpulkan data yang akurat tentang hal-hal yang berkaitan dengan kecelakaan itu. Dalam ilmu komunikasi, istilahnya umpan balik,†tegasnya di sela-sela STIK-P International Conference Of Communications (STIK-P ICC 2018) di Medan, Senin (3/12) kemarin.
“Misalnya, masalah transportasi, ini kan ada masalah aturan yang harus dikomunikasikan secara transparan. Contohnya, kapal itu, usianya berapa dan yang paling mudah jumlah penumpang. Akan tetapi, jumlah penumpang ini bukan hanya yang ada di manifest (terdaftar), melainkan keseluruhan,†ujar Deddy.
“Tentunya ini semua kembali ke integritas. Tidak boleh, orang itu, bagaimanapun caranya, ada orang ikut penumpang tapi tidak tercatat. Ini kan berarti ada apa-apa. Kalau dari informasi yang didapat, ini sudah menjadi kebiasaan,†tambah sang profesor berharap masalah seperti ini tidak terulang kembali.
“Pentingnya sebuah komunikasi yang terjalin antar-stakeholder memang sangat dibutuhkan. Bukan setelah bencana itu terjadi, tapi justru sebelum adanya sebuah musibah,†tutupnya. (wol/at/data1)
Editor: M AGUS UTAMA
Discussion about this post