Waspada.co.id – Bermodal jiwa sosial yang tinggi, seorang kuli buah salak di Banjarnegara, Jawa Tengah, lolos mejadi Anggota DPRD. Haru dan bahagia keluarga pun turut menyaksikan keberhasilannya.
Bermodal sikap tulus dan dukungan penuh sahabat dan keluarganya, Wachyu yang nyaleg dari partai PDIP ini memberanikan diri menjadi caleg. Ia mengaku ingin mengangkat daerah terpencil dan memperjuangkan kaum kecil dan buruh.
Wachyu pun berhasil meraup 2.268 suara untuk Dapi I Banjarnegara. “Saya mendapat dukungan, semua stiker dan baliho-baliho itu semua dibuat oleh teman-teman saya. Terus terang saya melihat di desa saya masih banyak yang kurang,” ujarnya baru-baru ini.
“Setelah coblosan, tanggal 18 April saya sudah pamit ke istri, kalau tidak jadi jangan kecewa. Saya pasti utangnya banyak, saya harus merantau ke Jakarta untuk membayar utang, penghasilan saya tidak mungkin cukup untuk membayar utang,” tutur Dayat.
Saat itu Dayat dan tim relawannya menghitung hanya mampu mengumpulkan 900 suara by name. Bahkan di tempat pemungutan suara (TPS) dekat rumahnya, ia hanya mampu mendapatkan 30 suara.
“Teman-teman sudah lemas semua, kemudian saya dipanggil DPC (PDI-P) suruh datang ke kantor, katanya suara sudah banyak yang masuk, waktu itu sekitar 2000-an. Ketika saya ngabari teman-teman bahwa saya jadi, langsung pada nangis semua,” kata Dayat.
Mulai dari teman sekolah, teman kerja di lapak salak dan para tetangga di tempat kelahirannya, Desa Pakelen, Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara. “Kalau mau ada pertemuan dengan warga, teman-teman saya yang bingung nyari uang untuk medang hidangan untuk warga.
Kalau rokok kebetulan ada saudara dari teman yang punya toko cukup besar, saya ngambil rokok di situ,” ujar Dayat.
Dayat mengaku sampai saat ini belum mengetahui berapa total uang yang dikeluarkan selama proses pencalegan. Karena uang hasil patungan dikelola oleh teman-temannya. “Saya nggak pegang uang, teman-teman yang nyari uang, malah saya yang minta uang untuk sekolah anak.
Untuk pemasangan alat peraga kampanye (APK) saja kerja bakti, nggak ada yang mau dibayar, bambu yang untuk memasang juga pemberian dari orang,” kata Dayat.
Meski hampir dipastikan menjadi anggota dewan, Dayat mengaku tidak akan bisa lepas dari dunia persalakan.
Seperti diketahui Banjarnegara merupakan sentra penghasil salak yang dikirim ke berbagai kota di Indonesia. “Orang tahunya saya kerja di kantor, saya kalau siang ngurus kantor (DPC PDI-P), kalau malam ya di lapak, nyortir salak,” ujar Dayat. (wol/youtube/kompas/data1)
Discussion about this post