Waspada.co.id – Garuda Indonesia merupakan maskapai penerbangan yang merintis dan membuka jalan terbang di langit Indonesia sejak era kemerdekaan. Sebagai maskapai penerbangan yang dimiliki oleh pemerintah, rute penerbangan Garuda Indonesia telah masuk ke seluruh penjuru tanah air. Pada 25 Desember 1949. Pada saat itu, Presiden Soekarno diminta Dr. Konijnenburg untuk memberi nama bagi maskapai penerbangan KLM Interinsulair Bedrijf yang undur dari Tanah Air setelah hasil Konferensi Meja Bundar mengharuskan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda keluar dari Indonesia.
Presiden Soekaro mengambil nama Garuda karena terinspirasi dari sebuah sajak bahasa Belanda yang ditulis oleh pujangga terkenal, Raden Mas Noto Soeroto yang berisi, Ik ben Garuda, Vishnoe’s vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden (“Aku adalah Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi di atas kepulauanmu”).
Pada 28 Desember 1949, pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota dengan registrasi PK-DPD dicat dengan logo “Garuda Indonesian Airwaysâ€, terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Sejak saat itu, Garuda terus membentangkan sayapnya membawa jutaan penumpang ke seluruh penjuru tanah air, dari Sabang hingga Merauke.
Namun, meski telah mengepakan sayap di udara Indonesia yang luas ini lebih dari 70 tahun, jalan Garuda di langit Indonesia tak semulus yang kita kira. Maskapai plat merah ini beberapa kali harus terbang dengan banyak luka di sayap- sayap patahnya. Mulai dari kesulitan keuangan saat krisis ekonomi pada tahun 1998 hingga serangkaian kecelakaan beruntun yang membuat Garuda Indonesia mempunyai reputasi buruk tidak hanya di mata masyarakat Indonesia tapi juga luar negeri. Baru –baru ini setelah berhasil bangkit dari keterpurukan, Garuda kembali diterpa banyak masalah. Mulai dari kasus pemalsuaan laporan keuangan hingga melaporkan Rius Vernandes, seorang Youtuber karena me-review buruk kualitas pelayanan Garuda.
1. Kesimpangsiuran Asal Muasal
Kemudian, Nama Garuda Indonesia diambil dari sebuah sajak bahasa Belanda yang ditulis oleh pujangga terkenal pada masa kolonial Belanda, yaitu Raden Mas Noto Soeroto yang berisi Ik ben Garuda, Vishnoe’s vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden (“Aku adalah Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi di atas kepulauanmu”).
Pada awal berdiri Garuda Indonesia merupakan sebuah perusahaan joint venture antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan maskapai asal Belanda KLM, dengan pembagian saham 51 persen dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Selama 10 tahun kegiatan operasional Garuda dioperatori oleh KLM. Hingga akhirnya pada tahun 1954, paksaan nasionalisme di segala bidang, termasuk industri penerbangan membuat KLM menjual seluruh sahamnya di Garuda kepada pemerintah Indonesia.
Sebelum Garuda menancapkan namanya di langit dunia, pemerintah Indonesia menggunakan nama Indonesian Airways sebagai nama maskapai penerbangan komersial pertama Garuda. Indonesian Airways terbang menggunakan pesawat Dakota yang dibeli pemerintah Indonesia dari Amerika Serikat atas kedermawanan masyaraat Aceh. Pesawat tersebut diberi nomor registrasi RI-001 dengan nama Seulawah yang sampai di Indonesia pada Oktober 1948. Sayangnya, pada tugas pertamanya, Seulawah yang membawa Muhammad Hatta melakukan kunjungan kerja ke Sumatera harus mengalami perbaikan dan penambahan kapasitas tangki bahan bakar di Kalkuta, India. Di saat yang bermaan, Belanda melakukan Agresi Militer II yang membuat Seulawah terjebak di Kalkuta. Atas dasar ini pula Wiweko Soepomo, Sutarjo Sigit, dan Sudaryono dengan bantuan Duta Besar Indonesia untuk India, Dr. Sudarsono, berhasil membentuk maskapai penerbangan Indonesian Airways.
Pemerintah Myanmar menjadi pelanggan pertama Garuda Indonesia yang saat itu masih bernama Indonesian Airways. Seulawah mengudara pertama kali dalam status sebagai pesawat komersial pada 26 Januari 1949, dengan penerbangan dari Kalkuta ke Rangon. Uniknya, tidak seperti pesawat komersial lainnya, Seulawah disewa oleh pemerintah Myanmar sebagai pesawat operasi militer.
Meski secara bisnis perjalanan Indonesian Airways cukup berhasil, bahkan mampu membeli sebuah pesawat dan menyewa satu pesawat dari Hongkong. Umur Indonesian Airways terbilang singkat, 19 bulan. Pada Agustus 1950, Inodnesian Airways dilikiduasi oleh pemerintah Indonesia dan mengembalikan fungsi Seulawah kembali sebagai pesawat yang bertugas untuk keperluan militer.
Jika dilihat dari perspektif sejarah, terdapat ketimpangtindihan informasi mengenai lahirnya Garuda Indonesin Airways. Situs perusahaan Garuda Indonesia hanya menulis 21 Desember 1949 sebagai hari berdirinya sebuah maskapai nasional yang merupakan hasil perundingan dari Konferensi Meja Bundar antara pemerintah Indonesia dengan maskapai penerbangan KLM Belanda. Situs web Garuda juga menulis bahwa penerbangan dua buah pesawat Dakota (DC-3) berangkat dari bandar udara Kemayoran, Jakarta menuju Yogyakarta untuk menjemput Soekarno sebagai penerbangan pertama maskapai berplat merah ini.
Meski begitu, selama bertahun- tahun Garuda Indonesia selalu mejadikan tanggal 26 Januari sebagai hari jadi lahirnya mereka. Banyak sejarawan juga tidak setuju dengan penetapan tanggal 26 Januari sebagai hari lahirnya Garuda Indonesia. Banyak ahli sejarah berpendapat bahwa Garuda Indonesia bukan anak kandung dari Indonesian Airways, melainkan Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM), maskapai pemerintah Hindia-Belanda yang berdiri pada November 1928.
KNILM beroperasi menghubungkan Batavia (Jakarta) dengan Surabaya, Makassar, Denpasar, Balikpapan, Tarakan, Palembang, hingga Singapura. Pada masa pejajahan Belanda, KNILM terpaksa mengungsi ke Australia dan bergabung dengan Angkatan Udara Belanda. Setelah Perang Dunia II usai, KNILM kembali beroperasi di wilayah Indonesia dengan bertransformasi menjadi KNILM-Inter Insulair Bedrijf (IIB).
Discussion about this post