JAKARTA, Waspada.co.id – Kebakaran yang terjadi di empat kilang Pertamina Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mendapatkan respon dari sejumlah pihak. Salah satunya datang dari Pengamat Ekonomi dan Energi yang juga Direktur Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman.
Yusri mengatakan sejauh ini belum jelas apa penyebab kebakaran yang telah memusnahkan empat tangki bahan bakar minyak hasil olahan kilang Balongan. Tetapi berdasarkan keterangan Kapolda Jabar Irjen Pol Ahmad Dofiri di sejumlah media, bahwa ada bocoran atau rembesan minyak dari sekitar pipa sejak minggu (28/3) dan sudah coba dibersihkan.
“Kemudian, menurut keterangan kelompok masyarakat yang berdekatan dengan lokasi tangki kilang, menyatakan bahwa sekitar 30 menit sebelum mendengar ledakan mengakibatkan kebakaran hebat ada bau bensin menyengat,” katanya.
“Tentu untuk penyebabnya haruslah diusut dengan tuntas. Agar jelas, apa yang terjadi sehingga kebakaran besar dari terjadi,” tegasnya.
Di sisi lain, kata Yusri, akibat dari kebakaran tersebut, menimbulkan kerugian yang cukup besar. Kalau dihitung, berdasarkan diameter tangki 55.5 meter dan tinggi 15.5 meter, dengan kapasitas menampung BBM sebanyak 37 ribu m3.
“Jika melihat besaran dan lamanya kebakaran, perkiraan BBM di setiap tangki mencapai setidaknya 80% dari kapasitas maksimal. Maka bila tangki penuh 1 tangki adalah 32.000 KL atau setara 200.000 barel setiap tangka,” katanya.
Lantas, untuk empat tangki berisi BBM jenis naphta, gasoline dan Pertamax Ron 92 sejumlah 800.000 barel yang musnah terbakar. Jika asumsi harga per barel USD 70, maka potensi kerugian Pertamina menjadi 80.000 barel X USD 70 = USD 56 juta.
“Sementara untuk membangun empat tangki jenis flooting roof dengan fasilitas assesoris pompa dan perlengkapan safety seperti kilang TPPI, dibutuhkan sekitar USD 5 juta per tangki, sehingga untuk membangun tangki BBM seperti semula dibutuhkan dana sekitar USD 20 juta,” katanya lagi.
Selain itu, kata Yusri, Pertamina harus membayar ganti rugi dan pengobatan korban akibat kebakaran serta ditambah biaya operasi pemulihan dan lainnya.
“Sehingga perkiraan total potensi kerugian yang akan dialami Pertamina sekitar USD 78 juta atau setara Rp 1.12 triliun, yaitu pejumlahan minyak yang terbakar USD 56 juta dan biaya bangun tangki baru USD 20 juta serta biaya ganti rugi, pengobatan serta pemulihan lingkungan sekitar USD 2 juta,” tutupnya. (wol/ari)
Discussion about this post