MEDAN, Waspada.co.id – Juru bicara Keuskupan Agung Medan, Pastor Benyamin Purba, mengatakan memperketat pengamanan menjelang perayaan Kamis Putih dan Jumat Agung.
“Mengingat bom bunuh diri di Makassar, pengamanan kami percayakan kepada pemerintah dan kepolisian. Antisipasi kami hanya pembatasan jangan membawa tas,” kata Pastor Benyamin Purba saat diwawancara di kantor Uskup Agung Medan, Jalan Imam Bonjol, Kamis (1/4).
Disebutkan, selain pengamanan, Keuskupan Medan juga perketat Protokol Kesehatan (Prokes) dalam bentuk pembatasan kuota umat yang datang ke gereja.
“Hanya 50 persen, selain itu juga penyederhanaan peribadatan. Misalnya peringatan hari Kamis Putih akan diadakan tanpa pembasuhan kaki dan adorasi ekaristi. Jumat Agung tanpa acara penciuman salib dari jarak jauh,” sebutnya.
Selain itu, kata Pastor Benyamin, saat malam paskah juga diadakan tanpa peralatan lilin umat. Penyederhanaan tata ibadah tersebut untuk menghormati prokes.
Meski demikian, katanya, hal itu tidak menghilangkan makna sesungguhnya.
Adapun sebelum Kamis Putih, Keuskupan Medan telah menggelar hari pengudusan imam yang menerapkan prokes secara ketat.
Para imam yang mengikuti hanya 150 orang dari total sekitar 250 orang. Prasyaratnya harus divaksinasi dua tahap dan orang yang di atas 60 tahun tidak diizinkan datang.
“Pertemuan itu juga harus berjarak sehingga menjamin Prokes. Seharusnya Jemaat ada yang datang tetapi kemarin sangat terbatas jadi hanya imam dan beberapa paduan suara,” ujarnya.
Lebih lanjut, Benyamin juga mengimbau jemaat untuk mengikuti ibadah secara langsung daripada ibadah online.
“Kami tidak mendukung online dan diutamakan hadir dengan taat Prokes. Kalau online itu tidak ibadah namanya. Tetapi kalau memang tidak bisa ya nonton di televisi,” ujarnya.
Sementara itu, Prihartini Simbolon selaku umat Katolik mengatakan penyederhanaan ibadah tersebut mengurangi penikmatannya merayakan Kamis Putih.
“Kalau ritualnya dikurangi dari biasa tentu mengurangi penikmatan kita dalam beribadah. Karena sebelumnya kan tidak begitu. Seperti ritual tuguran semalaman juga pasti ditiadakan. Ya memang wajar sih karena Covid-19,” katanya.
Dia juga mengungkapkan tidak terlalu takut beribadah karena kejadian bom bunuh diri di Makassar. Sebab, ia percaya pihak kepolisian dan gereja dapat menjaga keamanan umat.
“Kalau itu beda dengan Covid-19 yang wujudnya tidak nampak. Harapannya pemerintah sigap melakukan pengamanan,” jelasnya.
Senada itu, Lenny Sirait juga selaku umat Katolik menjelaskan penyederhanaan tata ibadah di masa Covid-19 bukan hal signifikan untuk tetap menikmati ibadah.
“Biasa saja, lagi pula itu untuk kebaikan bersama. Misalnya kalau mencium salib itu biasanya kan langsung dilap. Nah, itu kita tidak tahu bakteri dari orang lain yang lengket di salib tersebut,” ujarnya.
Namun, Lenny mengakui cukup takut untuk ibadah Kamis Putih mengingat bom bunuh diri yang terjadi di Makasar. Ia berharap polisi menerapkan penjagaan ekstra.
“Ya takutlah. Maunya polisi nanti lebih ketat lagi. Kalau bisa bawa anjing pelacak untuk memeriksa di sekeliling gereja,” pungkasnya.(wol/man/data3)
Editor: SASTROY BANGUN
Discussion about this post