oleh: Rio Fernandez Tamba
Waspada.co.id – Museum adalah tempat di mana kita dapat belajar dengan sejarah, karena dalam museum sudah mengumpulkan data tentang sejarah suatu tempat atau budaya sebuah kelompok masyarakat tertentu. Museum dalam tujuan umumnya dilakukan sebagai tujuan studi, penelitian atau sebagai destinasi tujuan kunjungan wisata suatu daerah.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 dalam Pedoman Museum Indonesia (2008) dikatakan “Museum memiliki tugas menyimpan, merawat, mengamankan, dan memanfaatkan koleksi museum berupa benda cagar budaya, dengan demikian fungsi dari museum berfungsi sebagai tempat pelestarian dan sumber informasi. Keberadaan museum di sebuah tempat dapat menunjukkan eksistensi dan wajah seberapa berkembangnya suatu pengetahuan tentang pengarsipan budaya sebuah masyarakat.
Samosir adalah destinasi tujuan wisata nasional di Indonesia dan memiliki beberapa museum pengarsipan tentang kelompok masyarakat lokal, yaitu Suku Batak Toba. Museum lokal di Samosir mengarsipkan koleksi mulai dari rumah adat sampai karya seni masyarakat yang disimpan dan dirawat sehingga bermanfaat ke depannya.
Kabupaten Samosir sedang melakukan sebuah pengembangan potensi wisata di Samosir dengan memajukan promosi wisata alam, wisata budaya dan wisata industri UMKM yang dilakukan oleh masyarakat Samosir. Kemajuan dalam promosi wisata di Samosir dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal masyarakat. Salah satu objek wisata di Samosir adalah Museum Huta Bolon Simanindo yang sudah sangat berkembang pesat sebelum pandemi Covid-19, dimulai dari kunjungan wisatawan lokal dan hingga wisatawan mancanegara.
Museum Huta Bolon Simanindo merupakan sebuah ikon utama daya tarik wisata Samosir, dari kunjungan wisatawan ke museum ini, tidak ada bosannya mengeksplor benda-benda bersejarah di museum tersebut. Museum ini memiliki pengemasan untuk kunjungan wisata, sehingga pengunjung tidak hanya melihat koleksi benda saja, tetapi beberapa budaya lokal seperti pertunjukan musik gondang, Tor-tor, dan pertunjukan Sigale-gale.
Pengemasan pertunjukan tersebut dilakukan dalam rangkaian komponen atraksi wisata yang dilakukan setiap harinya. Pelaku atraksi wisata tersebut adalah kelompok masyarakat dan pelaku sanggar seni binaan pengelola Museum Huta Bolon Simanindo tersebut. Para penari dan pemusik setiap harinya mempertunjukkan atraksi tersebut dengan baik dan selalu membuat apresiasi pengunjung hingga ada wisatawan berkali-kali berkunjung ke museum tersebut.
Dampak pandemi Covid-19 dalam industri pariwisata, khususnya Museum Huta Bolon, sangat berdampak drastis dalam penurunan kunjungan wisatawan mulai Maret 2020, terutama wisatawan mancanegara. Dengan berkurangnya kunjungan wisatawan ini, praktisi godang dan parnortor di museum ini berhenti melakukan pertunjukan dan hanya bisa dilaksanakan setelah pemesanan terlebih dahulu.

Beberapa keluhan dari pengelola museum berupa penurunan pendapatan dalam dana operasional perawatan museum tersebut. Dampak paling besar terhadap museum ini adalah pendapatan tempat wisata berikut hanya dari wisatawan lokal dan mancanegara serta para penyaji pertunjukan setiap harinya.
Sejumlah dampak pandemi ini dapat juga bagi pengelola dapat melakukan hal positif lainnya dalam mempersiapkan museum untuk dibuka kembali setelah pandemi, seperti renovasi rumah adat. Renovasi ini diharapkan dapat membuat tatanan museum semakin baik dan juga demi perawatan inventaris serta peninggalan bersejarah benda di Museum Huta Bolon Simanindo.
Kegiatan lain yang dilakukan adalah penataan sebuah taman botani dan rumah kaca yang merupakan tempat tur bagi wisatawan ketika selesai berkunjung ke museum. Taman botani tersebut merupakan taman yang ditata oleh pengelola sebagai daya tarik wisatawan yang merupakan penikmat kopi di Samosir juga, sehingga kesiapan dalam kunjungan wisatawan pada era new normal.
Saya, sebagai mahasiswa Tata Kelola Seni Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, peduli dengan objek wisata yang ada di Samosir, yaitu Museum Huta Bolon Simanindo ini. Saya memiliki harapan dalam pengelolaan museum yang sudah sangat baik dapat menarik peningkatan kunjungan wisatawan kembali, setelah rehat panjang pengunjung akibat pandemi.
Saya memiliki ide untuk tatanan baru pengelolaan kunjungan wisatawan, terutama anak usia dini, dalam pengelolaan menarik wisatawan tersebut saya mengonsep promosi dan membagi paket wisata ke museum. Paket wisata yang saya rancang untuk anak usia dini berupa sesi tur dan kelas pengetahuan umum tentang budaya tak benda, yaitu cara bertutur anak ditarik dari marga anak tersebut.
Saat ini, banyak museum-museum budaya tidak melakukan hal ini, hanya mengenalkan pada anak usia dini berupa benda-benda peninggalan sejarah atau seni pertunjukan yang ada pada kelompok masyarakat saja. Kelas pengenalan cara bertutur ini diharapkan dapat memicu pengetahuan dasar Suku Batak Toba melaksanakan bertutur atas dasar marga dalam kehidupan sehari-hari.
Paket wisata ini juga dapat melakukan pembelajaran seni Suku Batak Toba lainnya, seperti pengenalan seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni drama yang ada pada kelompok masyarakat tersebut. Banyak kegiatan seni itu tidak didapatkan anak usia dini dalam pendidikan formal, sehingga kelas paket wisata ini dapat dilakukan oleh pengelola pada weekend sehingga tidak mengganggu pendidikan formal dan mengisi waktu liburan.
Tentunya, paket wisata tersebut dapat sebagai bahan tinjauan untuk program museum lainnya yang ada di Indonesia. Sesi pertemuan dalam pembelajaran dikelola oleh pengelola masing-masing museum untuk mengadaptasi media pembelajaran dengan adat dan budaya masyarakat lokal di daerah mana museum tersebut berdiri.
Penulis adalah Mahasiswa Magister Tata Kelola Pascasarjana ISI Yogyakarta
Discussion about this post