JAKARTA, Waspada.co.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta masyarakat untuk membatalkan rencana liburan Natal dan Tahun Baru demi melindungi kesehatan publik saat varian Omicron menyebar ke seluruh dunia.
“Lebih baik acara batal daripada nyawa yang batal,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Ia menambahkan bahwa “keputusan sulit” harus dibuat. “Dalam beberapa kasus, itu berarti membatalkan atau menunda acara,” lanjutnya. “Sekarang sudah ada bukti konsisten bahwa Omicron menyebar secara signifikan lebih cepat daripada varian Delta,” ujarnya.
“Kita semua sudah muak dengan pandemi ini. Kita semua ingin menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga. Kita semua ingin kembali normal,” terangnya.
“Cara tercepat untuk mewujudkan itu ialah kita semua, pemimpin dan individu, perlu membuat keputusan sulit demi melindungi diri kita sendiri dan orang lain,” ungkapnya.
“Dalam beberapa kasus, itu berarti membatalkan atau menunda acara. Lebih baik membatalkan sekarang dan merayakannya di kemudian hari daripada merayakannya sekarang dan berduka kemudian,” jelasnya.
Dr Tedros juga menekankan bahwa pandemi dapat berakhir pada tahun 2022 dengan memastikan bahwa 70% populasi di setiap negara di dunia sudah divaksinasi pada pertengahan tahun depan.
Dia juga mengatakan bahwa China, tempat wabah virus corona diyakini dimulai pada 2019, harus membuka data dan informasi yang relevan. “Kita perlu melanjutkan (penelitian) sampai kita tahu dari mana asal-usulnya, kita perlu berusaha lebih keras karena kita harus belajar dari apa yang terjadi kali ini untuk (melakukan) yang lebih baik pada masa depan,” tambahnya.
Komentar Tedros ini muncul ketika sejumlah negara – termasuk Prancis dan Jerman – telah memperketat kebijakan pembatasan dan membatasi perjalanan demi menghentikan penyebaran varian baru. Belanda, misalnya, memberlakukan karantina wilayah ketat selama periode Natal.
Sementara itu, kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan pada hari Senin (20/12) bahwa akan “tidak bijaksana” untuk menyimpulkan dari bukti awal bahwa Omicron adalah varian yang lebih ringan daripada yang sebelumnya. Dia memperingatkan bahwa dengan angka (kasus positif) yang naik, semua sistem kesehatan akan terbebani.
Sementara itu, Gedung Putih mengatakan pada Senin (20/12) bahwa Presiden Joe Biden tidak berencana untuk “mengkarantina negara”.
Pakar penyakit menular terkemuka di AS, Dr Anthony Fauci, sebelumnya memperingatkan bahwa perjalanan saat Natal akan meningkatkan penyebaran Omicron bahkan di antara warga yang sudah divaksinasi dosis penuh.
Di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan pada Senin (20/12) bahwa pemerintah perlu “mempertimbangkan kemungkinan” untuk menerapkan aturan baru di Inggris ketika kasus Omicron melonjak, namun ia tidak mengumumkan pembatasan yang lebih ketat.
“Perayaan Malam Tahun Baru di Trafalgar Square London telah dibatalkan demi kepentingan keselamatan publik,” terang Walikota Sadiq Khan.
Omicron – pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada bulan November – telah digolongkan sebagai “variant of concern” oleh WHO.
Negara-negara Eropa Perketat Pembatasan
Omicron yang menular dengan sangat cepat, tercatat sebagai kasus Covid-19 paling banyak di London. Varian ini juga meningkat di negara-negara lain di Eropa yang mulai menerapkan pengetatan.
Jerman menerapkan karantina 14 hari untuk semua yang tiba dari Inggris mulai Senin (20/12) dan Prancis menutup perbatasan turis dari Inggris mulai Sabtu (18/12).
Sementara Belanda, mulai Minggu (19/12) menerapkan lockdown ketat sampai paling tidak 14 Januari. Dengan pembatasan ini, toko-toko tidak esensial, bar, salon dan tempat umum lain harus tutup. Selama musim libur Natal, satu rumah hanya boleh menerima dua tamu.
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte mengatakan langkah itu “tidak bisa dihindari.” Sejumlah negara di Eropa lain, juga tengah mempertimbangkan pembatasan baru yang lebih tegas dalam upaya menekan Omicron yang menyebar cepat di benua ini.
Varian Omicron “menyebar secepat kilat” di Eropa dan diperkirakan akan menjadi kasus dominan di Prancis awal tahun depan, kata Perdana Menteri Jean Castex ketika mengumumkan pembatasan turis dari Inggris, Jumat (17/12) lalu. (wol/okz/ril/d2)
Discussion about this post