MEDAN, Waspada.co.id – Sejak satuan tugas penagihan hak tagih negara dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dibentuk oleh pemerintah, nama Marimutu Sinivasan kembali menghiasi halaman-halaman media cetak, media televisi maupun media online.
Sebab, Menkeu Sri Muliani mendapuk Sinivasan sebagai Bos Group Texmaco itu punya uutang Rp29 triliun rupiah dari dana BLBI, sehingga ia menjadi salah satu debitur prioritas yang dikejar oleh Satgas BLBI.
Sinivasan sendiri menolak pernyataan Menteri Keuangan tersebut dengan dalil dan bukti yang dimilikinya. Padahal, sebelumnya nama Sinivasan sebagai sosok pengusaha kakap seakan tenggelam dan sangat jarang bahkan tidak pernah muncul sejak terjadinya krisis moneter di Indonesia.
Pengamat Kebijakan Publik dari Sumatera Utara, Dr H Sakhyan Asmara MSP mengungkapkan, terlepas dari polemik utang Sinivasan kepada negara, sesungguhnya Sinivasan adalah sosok entrepreneur yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia saat ini.
Mengapa demikian, kata Sakhyan, karena saat ini pemerintah sedang gamang untuk memulihkan perekonomian bangsa dan sedang menyusun terobosan untuk menciptakan lapangan kerja bagi tenaga kerja di Indonesia.
Itulah sebabnya, Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim mencanangkan program MBKM yakni program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang bertujuan mendorong mahasiswa agar menguasai berbagai keilmuan untuk bekal memasuki dunia kerja.
Program yang dicanangkan oleh Nadiem Makarim ini sangat beralasan, mengingat lonjakan angka pengangguran di Indonesia semakin hari semakin bertambah. Data Badan Pusat Statistik terakhir menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja pada Agustus 2020 sebanyak 138,22 juta orang naik 2,36 juta orang dibanding Agustus 2019.
“Sejalan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) juga naik sebesar 0,24 persen poin. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Agustus 2020 sebesar 7,07 persen meningkat 1,84 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2019. Jokowi sendiri pada awal kepemimpinannya sebagai Presiden RI juga menjanjikan akan membuka 10 juta lapangan kerja yang hingga saat ini masih belum nampak hasilnya secara signifikan,” jelas Sakhyan, Minggu (23/1).
Menurut Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P) Medan ini, untuk menjawab kegalauan pemerintah sekaligus sebagai upaya memenuhi janji Jokowi pada masa kampanyenya maka membangun entrepreneurship atau kewirusahaan dikalangan masyarakat terutama bagi angkatan kerja di Indonesia adalah solusi utamanya. Sebagaimana diketahui, ukuran kemakmuran suatu bangsa dapat dilihat sampai seberapa besar tingkat entrepreneurship yang dimiliki oleh bangsa itu.
Doktor Kebijakan Publik lulusan dari Universitas Indonesia juga mengungkapkan, Menteri BUMN Erick Tohir pernah mengatakan bahwa tingkat kewirausahaan atau entrepreneurship di Tanah Air masih lebih rendah jika dibandingkan negara lain di Asia Tenggara.
“Jumlah wirausaha Indonesia baru sekitar 3,47 persen dari total penduduk. Sementara negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand, tingkat kewirausahaan sudah berada di sekitar 4,74 persen dan 4,26 persen. Singapura yang tertinggi yakni sebesar 8,76 persen. Indonesia masih jauh di bawah negara-negara tersebut,” katanya.
Dari berbagai sumber yang bisa dibaca, menurut Dosen S2 dan S3 Fisipol USU ini, Marimutu Sinivasan mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang sangat luar biasa dibidang entrepreneurship.
Marimutu Sinivasan memulai kariernya di dunia wirausaha sejak usia muda yakni 21 tahun, padahal sebelumnya ia adalah pegawai dari sebuah perusahaan. Mental pegawai dia tinggalkan dan dia bangun jiwa kewirausahaan. Mental seperti inilah yang harus diketuktularkan kepada generasi muda kita sekarang dan Sinivasan dalam usia yang sangat muda, sebagai pengusaha muda dan pernah masuk dalam deretan orang terkaya di Indonesia.
Sinivasan juga memulai usahanya dibidang impor tekstil sebagai bisnis pertamanya. Kemudian ia membangun sebuah pabrik pemintalan tradisional di Pekalongan, Jawa Tengah, yang menjadi asal muasal lahirnya Grup Texmaco singkatan dari Textile Manufacturing Company.
“Karena permintaan pasar yang tinggi, maka untuk menambah kapasitas produksi Texmaco pun mendirikan pabrik di berbagai daerah, kemudian mendirikan pabrik pembuatan palekat pertama yakni bahan baku untuk membuat sarung, lalu ia mendirikan perusahaan batik dan pabrik pencelupan,” ujar Sakhyan.
“Usahanya semakin bersinar, ia melebarkan sayapnya dengan membangun pabrik poliester di Semarang lalu memasuki dunia industri otomotif. Texmaco menciptakan sebuah kendaraan truk bernama Perkasa yang sempat dipesan TNI sebanyak 800 unit. Itu semua dilakoninya pada usia muda dengan bekal pendidikan tidak sarjana,” tambahnya.
Sakhyan melanjutkan, dengan bekal pengetahuan dan pengalamannya itu, bangsa kita sangat memerlukan sosok Sinivasan sebagai role model untuk membangun entrepreneurship di Indonesia terutama dikalangan generasi muda.
“Dengan comeback nya Sinivasan di dunia usaha, saya yakni akan memberikan solusi bagi perbaikan ekonomi bangsa dan dapat memberikan hasil bagi rakyat Indonesia, melebihi dari utang yang dimilikinya kepada negara jika utang itu benar-benar ada. Jadi, kita bangsa Indonesia benar-benar membutuhkan kembalinya Sinivasan melaksanakan kiprahnya dalam dunia entrepreneurship di Indonesia,” tutup Sakhyan. (wol/ryan/data3)
Editor: FACHRIL SYAHPUTRA
Discussion about this post