MEDAN, Waspada.co.id – Pada dasarnya harga komoditas dunia sejak kuartal keempat 2021 mengalami kenaikan harga yang sangat signifikan.
Kenaikan harga komoditas tersebut memang menjadi kabar baik bagi petani, tapi tidak sepenuhnya menjadi kabar baik bagi masyarakat. Belakangan ini terjadi kenaikan harga kedelai yang cukup meresahkan bagi pengusaha tahu dan tempe.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin berpendapat sejumlah pengusaha tahu tempe di jawa bahkan melakukan aksi mogok. Harga kedelai sejak Oktober tahun lalu sudah mengalami kenaikan. Pemulihan ekonomi dan kenaikan harga energy memicu kenaikan harga kacang kedelain.
“Dan saat ini invasi Rusia ke Ukraina kian membuat harga kedelai melambung tinggi. Harga kedelai saat ini tengah mendekati harga $1.700 per Bushel,” tuturnya, Jumat (25/2).
Pada bulan Oktober tahun lalu, harga kedelai sempat ditransaksikan dibawah $1.200 per bushel. Sementara saat ini harganya menjadi $1.673 per bushel.
Sebelum terjadinya inveasi di Ukraina oleh Rusia, harga kedelai masih dibawah $1.600 per bushelnya. Kinerja harga kedelai sejak oktober tahun lalu sampai hari ini sudah mengalami kenaikan sekitar 40 persen.
“Kenaikan harga kedelai dunia tersebut memicu kenaikan harga kedelai di tanah air. Terlebih kedelai di tanah air itu sebagian besarnya diimpor. Tetapi kenaikan harga kedelai tersebut memukul industri produk turunannya. Yang berpotensi memicu kelangkaan bahan pangan khas tanah air. Dampak kenaikan harga produk olahan kedelai ini bukan hanya menjadi ancaman tingginya inflasi,” ungkapnya.
Namun lebih dari itu, banyak pelaku UMKM yang bergantung pada usaha pengolahan kedelai. Nasibnya terkatung-katung karena harga kedelai dunia mengalami kenaikan.
Produk makanan olahan kedelai akan menjadi produk yang berpotensi hilang di pasaran jika pemerintah tidak turun tangan. Solusi jangka pendek untuk meredam gejolak harga kedelai sangat dibutuhkan.
“Seiring dengan harga komoditas dunia lainnya. Bukan hanya kacang kedelai saja yang mengalami kenaikan harga pasca invasi Rusia ke Ukraina. Harga minyak dunia, minyak sawit, hingga harga emas meroket belakangan ini. Bahkan pasca invasi Rusia ke Ukraina harga sawit naik hingga menyentuh 6.400-an ringgit per ton,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Discussion about this post