MEDAN, Waspada.co.id – Menjelang Ramadhan yang tinggal beberapa pekan lagi, harga daging ayam belakangan memang mengalami kenaikan.
Harga daging ayam saat ini dijual dikisaran Rp31 ribu hingga Rp34 ribu per Kg nya. Kenaikan harga daging ayam ini memang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Namun saat ini yang paling berpengaruh menurut saya adalah kenaikan biaya produksi. Tidak bisa dipungkiri belakangan ini harga komoditas di pasar internasional mengalami kenaikan.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin mengkhawatirkan kemungkinan kenaikan sejumlah bahan-bahan produksi. Terlebih harga gas, BBM Industri, atau harga energi pada umumnya naik, dan kerap memicu kenaikan sejumlah bahan utama untuk pupuk, harga komoditas pangan yang berimbas pada kenaikan biaya produksi.
“Jadi memang sulit untuk menghindar dari potensi kenaikan harga komoditas daging ayam tersebut,” tuturnya, Senin (14/3).
Selain masalah biaya produksi, kenaikan harga daging ayam belakangan ini juga dipicu oleh barang konsumsi subtitusi seperti harga ikan segar yang belakangan juga masih bertahan mahal.
Hal ini turut memicu peningkatan konsumsi daging ayam dan telur ayam. Harga telur ayam saat ini juga merangkak naik di kisaran Rp23 ribu per Kg.
“Harga tersebut mengacu kepada data PIHPS per hari ini. Kenaikan daging dan telur ayam selain kenaikan biaya produksi, juga dipicu oleh konsumsi menjelang Ramadhan. Hal ini terkait dengan budaya konsumsi yang kerap naik. Jadi ini yang perlu diwaspadai. Tentunya kita harapkan pemerintah untuk melakukan pemantauan sekaligus pengawasan di lapangan,” katanya.
Pemantauan dan pengawasan ini bukan hanya dilakukan untuk mengawasai kenaikan harga saja. Tetapi agar pemerintah lebih adaptif dalam melihat perubahan harga yang mengarah kepada perubahan yang tidak terkontrol. Dan memang seharusnya perlu menghitung ulang harga keekonomian masing-masing komoditas di tengah kondisi seperti yang terjadi saat ini.
“Karena harga keekonomian itu jadi dasar kita menyimpulkan apakah harga pangan yang ada di masyarakat ini stabil, kemahalan atau kemurahan. Dengan menetapkan harga keekonomian tersebut kita juga bisa mengurangi dugaan-dugaan yang tidak perlu sehingga memunculkan polemik,” jelasnya.
“Dan menjelang Ramadhan ini adalah masa krusial. Tentunya kita semua tidak ingin direpotkan oleh kenaikan harga sjeumlah kebutuhan pokok tersebut. Dan yang lebih berbahaya adalah tren konsumsi daging maupun sumber protein kerap mengalami peningkatan saat Ramadahan dan Idul Fitri. Seharusnya kenaikan harga daging ayam, telur ayam, daging sapi, dan sejumlah komoditas lain ini menjadi peringatan atau lampu kuning agar TPID bersiap dengan segala kemungkinan terburuk,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Discussion about this post