NEW YORK, waspada.co.id – Perdagangan Kamis (31/3) harga minyak mentah turun pada pagi ini setelah kemarin melonjak di pasar spot.
Harga minyak mentah WTI kontrak Mei 2022 di New York Mercantile Exchange turun 4,87% ke U$ 102,57 per barel.
Harga minyak mentah terendah minyak dalam 10 hari perdagangan atau dua pekan terakhir. Kemarin, harga minyak WTI naik 3,43% ke US$ 107,82 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah Brent kontrak Mei 2022 di ICE Futures pagi ini melemah 4,04% ke U$ 108.86 per barel setelah kemarin naik 2,92%.
Harga minyak acuan global ini merupakan level terendah dalam sembilan hari perdagangan terakhir.
Harga minyak mentah naik pada hari Rabu karena penarikan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) mengindikasikan pasokan yang ketat.
Stok minyak mentah AS turun lebih besar dari perkiraan 3,4 juta barel pekan lalu, memangkas persediaan di konsumen utama dunia menjadi 410 juta barel, terendah sejak September 2018.
“Persediaan minyak mentah AS telah menunjukkan penarikan lain meskipun produksi berdetak lebih tinggi,”
“Dan satu lagi rilis Cadangan Minyak Strategis yang solid ke dalam persediaan komersial,” kata Matt Smith, analis minyak utama di Kpler kepada Reuters.
Dia mencatat, penarikan minyak mentah didorong oleh meningkatnya aktivitas penyulingan.
Setelah tujuh minggu bertahan stabil, produksi minyak mentah AS naik tipis 100.000 barel per hari (bph) minggu lalu menjadi 11,7 juta bph.
Sementara stok minyak mentah di SPR turun ke level terendah sejak Mei 2002, dan pemanfaatan kilang Gulf Coast naik ke level tertinggi sejak Januari 2020.
Kenaikan harga dibatasi oleh kenaikan mengejutkan dalam stok bensin dan sulingan AS minggu lalu dan permintaan yang lebih rendah untuk kedua produk tersebut.
Investor juga khawatir sanksi baru Barat terhadap Moskow dengan pasukan Rusia terus mengebom pinggiran ibukota Ukraina. Pada hari Selasa, Rusia berjanji untuk mengurangi operasi di sekitar Kyiv.
AS dan sekutunya merencanakan sanksi baru pada lebih banyak sektor ekonomi Rusia, termasuk rantai pasokan militer.
Sementara pemerintah Rusia mengindikasikan bahwa semua ekspor energi dan komoditas Rusia dapat dihargai
Dalam rubel, karena Presiden Vladimir Putin berusaha membuat Barat merasakan dampak atas sanksi tersebut.
Menanggapi kemungkinan pemotongan pasokan gas Rusia, Jerman memicu rencana darurat untuk mengelola pasokan gas. Negara-negara Eropa lainnya juga mengambil langkah untuk menghemat gas.
OPEC+ akan bertemu pada hari ini. Produsen minyak utama kemungkinan akan tetap pada peningkatan target produksi yang dijadwalkan sekitar 432.000 barel per hari.
Sementara penurunan permintaan di China masih menjadi penekan harga minyak. China memperketat pembatasan mobilitas dan penguncian terkait Covid-19 di beberapa kota, termasuk pusat keuangan Shanghai.
Discussion about this post