MEDAN, Waspada.co.id – Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Edy Rahmayadi, bermanuver dengan meminta dukungan politik kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem), dinilai masih terlalu dini meskipun kontestasi politik masih lama.
Pengamat Politik Universitas Sumatera Utara (USU), Fernanda Putra Adela S Sos, M Si, mengatakan manuver politik Edy Rahmayadi merupakan upaya untuk melihat kondisi dan respon dari partai politik yang mengusungnya pada Pilgub 2018 lalu.
“Saya pikir Pak Edy ini masih tes the water lah, dengan kondisi hari ini dia sebagai gubernur dan melihat respon dari partai politik yang sebelumnya mendukungnya,” kata Fernanda kepada Waspada Online, Senin (7/3).
Fernanda menilai, apa yang disampaikan oleh Edy dalam beberapa kesempatan masih terbilang cukup cair, akan tetapi dari diskurs yang diciptakan, menurut Tata sapaan akrab Fernanda, bahwa Edy mengharapkan hal itu tetap menjadi perbincangan publik yang harus dijaga.
Sisi lainnya, Edy juga ingin menguji loyalitas Wakil Gubernur Sumut (Wagubsu) Musa Rajekshah atau akrab disapa Ijeck yang saat ini memimpin Partai Golkar Sumut. Karena, Edy dalam beberapa kesempatan menyebutkan dirinya tidak ingin mencalonkan lagi menjadi gubernur.
“Makanya, ketika sudah ber-statement demikian, lalu kemudian berubah pikiran bermanuver dan mendatangi beberapa partai, dia ingin melihat respon publik secara luas apakah memungkinkan untuk maju lagi 2024 mendatang,” ungkapnya.
Namun demikian, lanjut Dosen Fakultas Fisip USU ini, untuk mengukur kondisi politik tahun 2024 mendatang, tentunya harus menunggu situasi dinamika nasional. Karena Pilkada akan berlangsung pasca-pemilihan presiden.
“Kalau kita bicara soal lokal politik, kita akan menyaksikan atau menanti dari politik nasional, karena Pilkada ini akan dilaksanakan pasca-pemilu, baru kemudian kita melihat dinamika yang terjadi di Sumut,” pungkasnya. (wol/man/d2)
editor: FACHRIL SYAHPUTRA
Discussion about this post