JAKARTA, Waspada.co.id – Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengatakan indikator pengendalian pandemi Covid-19 di Indonesia terus membaik. Baik dari positivity rate, keterisian tempat tidur rumah sakit, hingga kasus kematian akibat Covid-19.
“Bisa dikatakan saat ini Indonesia sudah tidak lagi berada dalam kondisi kedaruratan dalam merespons pandemi Covid-19 dan mulai bertransisi menuju fase endemi,” kata Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito dalam konferensi pers, Selasa (10/5).
Berdasarkan data terkini, angka rawat inap pasien Covid-19 turun hingga 97 persen, tingkat hunian tempat tidur rumah sakit hanya 2 persen. Kemudian kasus kematian menurun hingga 98 persen dan positivity rate nasional hanya 0,7 persen.
Menurut Wiku, kondisi Indonesia mulai bertransisi menuju endemi tercermin dari menurunnya efek Covid-19 terhadap perilaku sosial dan ekonomi masyarakat. Misalnya, pertumbuhan ekonomi meningkat, angka pengangguran menurun, indeks belanja dan mobilitas masyarakat keluar rumah meningkat.
“Ingat, bukan karena kondisi terkendali maka pengendalian Covid-19 tidak dilakukan. Ingat, pengendalian serta pengawasan akan tetap dijalankan dalam bentuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi terkini,” imbuhnya.
Di tengah membaiknya situasi penularan Covid-19, Wiku memastikan pemerintah tetap menjalankan kebijakan pengendalian virus SARS-CoV-2. Di antaranya, tetap menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis level dan protokol kesehatan memakai masker.
“Penggunaan masker masih tetap diwajibkan sebagaimana arahan WHO bahwa masker masih menjadi bagian strategi pencegahan Covid-19 yang komprehensif,” tegasnya.
Pandemi Covid-19 Pasti Berakhir
Wiku menegaskan pandemi Covid-19 pasti berakhir. Hal ini merujuk pada sejumlah pandemi yang sudah terjadi di dunia. Namun, dia mengingatkan beberapa negara masih menghadapi lonjakan kasus Covid-19. “Masih terdapat kenaikan kasus di beberapa negara lainnya seperti Jepang dan Taiwan,” ucapnya.
Selain itu, kembali ditemukan subvarian baru Covid-19 di Afrika Selatan berjenis BA.4 dan BA.5. Wiku mengatakan varian baru kerap menjadi pemantik adanya gelombang kasus Covid-19 baru. “Ingat, kasus Covid-19 tidak mengenal batas wilayah untuk menginfeksi. Namun bukan berarti tidak bisa diantisipasi,” tandasnya. (wol/merdeka/ril/d2)
Discussion about this post