Penulis: Fachril Syahputra
(Tulisan ini untuk diperlombakan dalam rangka HUT Bhayangkara Ke-76 di Polda Sumatera Utara)
MEDAN, Waspada.co.id – Aroma tak sedap dari tumpukan sampah yang menggunung begitu menyengat hidung. Di sudut persimpangan, tak begitu jauh dari pemukiman warga, terlihat aktivitas petugas kebersihan mengatur antrean truk sampah yang datang dari berbagai penjuru Kota Medan.
Sejumlah pemulung tampak mengais sampah mencari barang bekas. Walaupun kotoran melekat di pakaian dan tubuh, ditambah aroma tak sedap, tak membuat mereka lelah mengais barang bekas untuk mencari nafkah. Sampah adalah masa depan mata pencaharian bagi mereka. Begitulah aktivitas sehari-hari di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Jalan Paluh Nibung, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan.
Mereka yang sehari-hari berada di tumpukan sampah harus rela menahan teriknya matahari hingga mengucurkan keringat, hal itu bukanlah keinginan mereka semata. Tapi, faktor pendidikan yang membuat anak-anak pemulung ini harus rela menggantungkan hidup di tumpukan sampah demi membantu orang tua dan keluarganya.
Di tengah kondisi itulah. Pada Maret 2017 lalu, Aiptu Amril bertugas di Polsek Medan Labuhan yang sehari-hari dipercayakan sebagai Bhabinkamtibmas di Kelurahan Terjun, terpanggil untuk hadir di tengah-tengah anak pemulung yang kurang mampu.
Kehadiran Aiptu bersama anak-anak pemulung di tempat sampah, bukan untuk mengambil andil pekerjaan mereka. Melainkan rasa prihatinnya dengan nasib pendidikan mereka yang masih usia sekolah terpaksa bekerja mencari barang bekas.

Dari situlah, Aiptu Amril terbenak ingin mengubah nasib pendidikan anak-anak pemulung. Ia pun mengajak mereka untuk belajar bersamanya. Tawaran itu, awalnya dianggap guyonan oleh anak-anak pemulung itu. Namun, Aiptu Amril tak menyerah, ia terus memberikan pemahaman bahwa pentingnya sebuah pendidikan.
Alhamdulillah, niat dan ketulusan Aiptu Amril dapat diterima anak-anak pemulung tersebut. Sejak itulah, polisi memiliki empat anak ini bergegas merogoh kocek pribadinya untuk membeli alat-alat tulis sebagai bekal mengajari anak-anak pemulung.
Tak membutuhkan waktu lama. Aiptu Amril memulai proses belajar bersama pemulung itu di atas tumpukan sampah dengan beratapkan terpal biru. Rasa haru pun menyelimuti perasaan Aiptu Amril setelah melihat semangatnya anak-anak pemulung tersebut.
“Saya mengajak mereka (pemulung) belajar, setelah mereka selesai mencari barang bekas,” kenang Aiptu Amril pada masa itu, saat diwawancarai, Senin (20/6).
Di sela-sela kesibukannya, polisi berkulit sawo matang ini tidak mengabaikan tugas pokoknya sebagai abdi negara di Korps Bhayangkara. Ia selalu mengikuti rutinitas apel pagi di tempat tugasnya Polsek Medan Labuhan. Selain itu, ia juga harus mengatur waktu agar bisa berkeliling untuk mengecek situasi Kamtibmas di wilayah kerjanya dengan menyelesaikan setiap permasalahan yang kerap terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Rasa semangat terus digelorakan polisi penerima penghargaan pin emas tahun 2019 dari Kapolri di masa kepemimpinan Jenderal HM Tito Karnavian ini. Aiptu Amril merasa bersyukur, niat baiknya mendapat perhatian serius dari Kapolsek Medan Labuhan di masa kepemimpinan Kompol Yasir Ahmadi.
Aiptu tak lagi mengajari anak-anak pemulung itu di atas tumpukan sampah. Sebab, pimpinan tempatnya bertugas langsung berkoordinasi dengan pihak pengelola TPA Terjun. Akhirnya, diizinkan aula Kantor TPA Terjun digunakan sebagai tempat belajar anak pemulung.
Berkat komunikasi dan kolaborasi yang dibangun oleh Polsek Medan Labuhan dengan Pemko Medan melalui Dinas Kebersihan. Pada Maret 2017 lalu, aula itu diresmikan untuk dijadikan Rumah Pintar TPA Terjun. Hari itu merupakan hari bersejarah bagi polisi kelahiran di Kota Padang pada tanggal 7 Mei 1976 ini. Sebab, anak-anak pemulung binaannya dapat berbahagia bisa belajar di ruangan yang layak.
Berdirinya pendidikan non-formal itu mendapat dukungan dari tenaga pengajar sukarela mengajarkan anak-anak pemulung di Rumah Pintar TPA Terjun. Aiptu Amril tak lagi sendiri, ia dibantu enam orang staf pengajar. Mereka pun menyusun jadwal pertemuan dan mata pelajaran untuk tingkat SD, SMP dan SMA layaknya pendidikan formal.
Sungguh luar biasa, kehadiran Rumah Pintar TPA Terjun ini tidak hanya diminati oleh anak-anak pemulung, tetapi diikuti oleh warga sekitar kurang mampu yang ingin belajar di lembaga pendidikan non-formal tersebut.
Polisi telah mengabdi selama 26 tahun pernah mendapat penghargaan Bhabinkamtibmas terbaik di Polda Sumatera Utara pada tahun 2019 di masa kepemimpinan Irjen Pol Agus Andrianto, mengikutsertakan muridnya ikut program kesetaraan ujian tingkat SD, SMP dan SMA.
Alhamdulillah. Di tahun pertama tepatnya tahun 2018, sebanyak 10 anak-anak pemulung yang belajar di Rumah Pintar TPA Terjun lulus dari ujian paket C setara SMA yang diselenggarakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dari Departemen Pendidikan Nasional. Rasa haru dan kebanggaan pun menjadi kepuasaan tersendiri bagi Aiptu Amril di masa itu. Pengabdian dan berbuat baik di dunia pendidikan, baginya tak terlepas dari dukungan Korps Bhayangkara tempatnya bertugas.
Kini, Rumah Pintar TPA Terjun sudah berusia lima tahun telah ‘melahirkan’ 122 anak-anak pemulung berijazah dari kesetaraan paket A, B dan C. Rumah Pintar TPA Terjun itu masih berdiri untuk mereka yang ingin terus belajar.
“Sekarang ini, hanya ada dua atau tiga murid yang belajar. Karena, sudah banyak yang tamat mendapatkan ijazah,” ucap polisi berusia 46 tahun ini.
Kerja keras dan sukarela yang dilakukan Aiptu Amril bukanlah keinginannya untuk mendapat penghargaan semata, meskipun ia telah menoreh sejumlah penghargaan. Yang terbenak di pikirannya, hanya ingin mengubah kesuraman pendidikan bagi anak-anak pemulung agar bisa ‘mewariskan’ pentingnya pendidikan ke anak cucu mereka.
“Syukur alhamdulillah, sudah 122 dari mereka (pemulung) memiliki ijazah. Kini mereka ada yang sudah bekerja,” kenang Aiptu Amril mengisahkan pengabdiannya kepada anak-anak pemulung.
Dengan pengabdian Aiptu Amril yang tulus dan ikhlas ini, dapat kita maknai bahwasannya Kepolisian Republik Indonesia telah ‘melahirkan’ sosok-sosok polisi yang Presisi. Hal ini sejalan dengan komitmen Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, untuk menjadikan kepolisian yang prediktif, responsibilitas, transparansi dan berkeadilan dalam memberikan pelayanan secara terintegrasi, modern, mudah dan cepat di tengah-tengah masyarakat. (*)
Discussion about this post