Penulis: Lihavez Suprima Aidi
(Tulisan ini untuk diperlombakan dalam rangka HUT Bhayangkara ke-76 di Polda Sumatera Utara)
MEDAN, Waspada.co.id – Siang itu, terik matahari masih terasa di ufuk kepala. Perhatian mata tertuju ke arah masyarakat yang sedang mengantre di sebuah warung tak jauh dari simpang Sunggal tepatnya di Jalan TB Simatupang. Mereka adalah orang-orang yang ingin menikmati santapan makan siang gratis di Warung Sedekah Polsek Sunggal.
Hadirnya Warung Sedekah di tengah-tengah masyarakat yang diprogramkan di masa kepemimpinan Kapolsek Kompol Yasir Ahmadi, banyak menyimpan kisah inspiratif. Bagaimanakah inspiratif yang tersirat dari Warung Sedekah tersebut?
Pada tanggal 22 November 2019 lalu, tepatnya Hari Jumat. Warung Sedekah Polsek Sunggal telah disibukkan dengan mengantrenya masyarakat dari kalangan tukang becak, kurang mampu dan warga sekitar untuk menyantap makan siang gratis.
Di sela-sela itu, terlihat Kompol Yasir Ahmadi yang tak lain Kapolsek Sunggal mengenakan peci hitam lengkap dengan pakaian dinas Polri, ikut serta melayani masyarakat yang ingin makan gratis. Di balik kesibukan akademi kepolisian lulusan tahun 2005 ini, tiba-tiba dikejutkan dengan datangnya seorang pria paruh baya yang diketahui bernama Sunardi.

Pria tersebut terlihat lemas setelah berjalan kaki sekitar tujuh kilometer dari rumahnya. Dengan wajah sedih, Sunardi merupakan pengungsi dari korban konflik Aceh, ingin mengadukan nasib kondisi kedua anaknya kepada Kapolsek Sunggal.
“Anak saya ada dua. Satu anak saya terpaksa dipasung karena mengalami gangguan jiwa, satu lagi paru-parunya bocor. Tolong bantu saya pak,” pinta pria berusia 56 tahun ini dengan isak tangis kepada Kapolsek Sunggal yang akrab disapa Yasir.
Setelah mendengar keluhan pria paruh baya itu, perwira menengah yang juga pendiri Rumah Pintar TPA Terjun untuk pendidikan bagi anak pemulung, merasa terenyuh hatinya. Tak menunggu waktu lama, Yasir langsung bergegas membawa Sunardi dengan mobil pribadi menuju ke rumahnya di Tanah Garapan Klambir Lima, Kecamatan Hamparanperak.
Setibanya polisi kelahiran tahun 1986 di rumah tak diplester itu, merasa miris melihat kondisi seorang manusia berada di kamar sempit dengan kondisi tangan dirantai dan kaki diikat tali. Secara kemanusiaan, polisi berjiwa sosial ini langsung memberi makan Robin yang bertahun-tahun dipasung tersebut.
Meski aroma tak sedap dari tubuh pria berusia 22 tahun itu terasa menyengat ke hidung, perwira berpangkat satu bunga melati emas ini tidak menghiraukannya. Menyelamatkan Robin dari perihnya penderitaan yang dialami, bagi Yasir adalah tanggung jawabnya untuk mengabdi kepada masyarakat.
Dengan penuh rasa keakraban, Yasir tak merasa risih menyuapkan nasi ke mulut pria mengalami gangguan itu. Suasana penuh haru, seperti keluarga sendiri terlihat antara Yasir dengan pria yang dipasung itu.
Tindakan mulia yang dilakukan oleh Yasir benar-benar membuat Sunardi merasa terharu. Sunardi tak kuasa meneteskan air mata melihat ketulusan Kapolsek Sunggal yang menyuapkan nasi kepada anaknya.
“Terima kasih pak, sungguh mulia kebaikan mu pak,” ucap Sunardi ke arah Kapolsek Sunggal sambil menyeka air matanya.
Sebagai polisi memiliki jabatan dan kedudukan penting di Korps Bhayangkara, Yasir memiliki kebiasaan menolong orang susah dalam mengayomi dan melayani masyarakat, langsung membuka rantai dan tali dari kaki dan tangan Robin.
Tak banyak yang dilakukan oleh Yasir di rumah sederhana itu. Dengan rasa kepedulian dan keikhlasannya, ia tergerak ingin memandikan pria yang dipasung itu. Sungguh luar biasa tindakan kemanusian yang dilakukannya. Tanpa menghiraukan kotoran yang melekat di tubuh Robin, polisi yang kini berusia 36 tahun itu tak ragu-ragu menyiramkan air dari ujung kepala hingga kaki sambil membersihkan sekujur tubuh Robin.
“Dia (Robin) juga manusia. Walaupun dia mengalami gangguan jiwa, jangan biarkan dia tersiksa diikat rantai. Kita harus memanusiakannya walaupun kehidupannya susah,” ucap Yasir usai memandikan pria gangguan jiwa tersebut.
Waktu pun terus berjalan. Siang menjelang sore itu, Yasir Ahmadi memiliki sosok pemimpin yang bermurah hati dan taat beribadah, langsung membawa Robin ke Rumah Sakit Jiwa agar mendapatkan perawatan yang layak. Begitu juga dengan adik Robin yang mengalami sakit paru-paru, juga dibawa ke RS Bhayangkara untuk menjalani perawatan medis.
Suasana haru dibalut bahagia pun terpancar di wajah Sunardi saat proses evakuasi kedua anaknya dibawa ke rumah sakit. Tak banyak yang diucapkan oleh Sunardi, sebagai kepala rumah tangga dengan keterbatasan ekonomi, Sunardi hanya bisa mengucapkan ribuan terima kasih terhadap rasa kemanusiaan yang dilakukan Yasir, semoga Allah SWT membalas kebaikannya.
Bagi perwira yang telah menoreh berbagai penghargaan di Polda Sumut ini, perbuatan baik yang dilakukannya kepada Robin bukan semata untuk mendapat pujian dari orang lain, akan tetapi tanggung jawabnya sebagai pelindung dan pengayom kepada masyarakat untuk memanusiakan manusia agar tidak tersandera dari kezaliman dan kesusahan.
“Ini adalah pekerjaan yang mulia, Memuliakan tugas adalah ibadah,” ucap Yasir yang menginspirasi.
Tak banyak yang mengetahuinya, di balik sikap kepeduliannya. Ternyata, Yasir yang selalu memuliakan tugasnya, bertindak secara responsibilitas dan terintegrasi mengayomi dalam melayani masyarakat.
Bahkan, Yasir telah ‘mewariskan’ amal baik kepada masyarakat dengan mendirikan Rumah Baca TPA Terjun kepada anak-anak pemulung di Marelan, kemudian menjadi penceramah untuk memberikan tausiyah di masjid dan mendirikan Warung Sedekah makanan gratis serta mengajak tahanan shalat dan mengaji, dan mengisi kegiatan kesosialan di masyarakat.
Begitulah kisah inspiratif Kompol Yasir Ahmadi. Meskipun ia tidak lagi menjabat sebagai Kapolsek Sunggal dan telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah (Sespimen) Polri, sosoknya yang peduli dan ikhlas menolong orang lain dengan memanusiakan manusia, sangat dirindukan masyarakat. (*)
Discussion about this post