MEDAN, Waspada.co.id – Bebeberapa waktu lalu, Menteri Perdagangan Republik Indonesia menargetkan bahwa harga TBS di tingkat petani bisa mencapai di atas Rp 2.000, bahkan Mendag menjelaskan harga idealnya mencapai Rp 2.400.
“Kalau saya menilainya target harga TBS sebesar itu smasuk akal. Tetapi terlihat terlalu optimis jika menargetkan akan terealisasi dalam kurun waktu sepekan ke depan,” tutur Analisis Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Kamis (11/8).
Pada dasarnya jika mengacu kepada harga CPO yang saat ini dikisaran 3800-an ringgit per ton. Maka pada dasarnya harga ideal TBS di tingkat petani bisa mencapai 2.400 per Kg nya, dan harga tersebut juga sudah memperhitungkan dampak penerapan DMO atau domestic market obligation.
“Jadi pada dasarya Mendag saat ini berupaya bagaimana agar harga TBS bisa sesuai dengan harga keekonomiannnya tersebut,” jelasnya.
Pasalnya dari hasil pantauan saya sejauh ini ada petani yang menjual TBS di harga Rp700 per Kg, dan petani lain mampu menjual dikisaran Rp1.350 per Kg nya. “Ada banyak ragam harga TBS di tingkat petani sejauh ini. Jadi perjalanan untuk menuju Rp2.000 atau Rp2.400 itu masih panjang, tetapi mungkin tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama,” tambahnya
“Nah, yang tak kalah penting adalah bagaimana nantinya jika harga TBS sudah berada di harga keekonomiannya? Yang kita kuatirkan adalah justru terjadi kenaikan harga minyak goreng curah. Dimana sejauh ini dari pantauan di banyak provinsi di tanah air sudah sesuai dengan HET (harga eceran tertinggi), bahkan di bawahnya,” kata Gunawan lagi.
Pemerintah tentunya memang lebih mengetahui bagaimana implementasi kebijakan pengendalian harga minyak goreng serta memastikan harga tetap sesuai HET, meskipun kebijakan ekspor kembali dibuka.
“Dan saya pikir implemantasinya harus matang dan tidak merusak harga minyak goreng saat ini. Karena bisa memunculkan kembali polemik harga Minyak Goreng yang bekepanjangan seperti yang sudah sudah,” tegasnya.
“Di sisi lain upaya untuk mewujudkan harga TBS di atas 2000 bukan tanpa rintangan. Tekanan harga CPO belakangan kembali mencuat seiring dengan penurunan harga komdoitas energy yang turut menekan harga CPO. Jadi apa yang ditargetkan oleh MENDAG adalah berbicara dengan harga CPO saat ini. Bisa saja berubah kalau nantinya ada perubahan yang cukup signifikan pada harga CPO global,” tandasnya. (wol/eko/d2)
Discussion about this post