MEDAN, Waspada.co.id – Untuk mengenal budaya negara di Eropa tidaklah harus berkunjung langsung. Seperti halnya Sekolah Cita Luhur yang mengenalkan budaya 12 negara di Eropa dalam kegiatan Culture Week di sekolah tersebut, Jl Ir Juanda Medan.
Kegiatan tersebut berlangsung sejak Senin (24/10) lalu dan resmi berakhir pada Jumat (28/10). Dalam kegiatan ini, 12 kelas mewakili negara-negara di Benua Biru. Dari SMP, kelas IX memperkenalkan Inggris diikuti Italia (kelas VIII) dan Swiss (kelas VII).
Di tingkat SD, kelas VI memperkenalkan Spanyol lalu kelas V Portugal diikuti Belanda (kelas IV), Norwegia (kelas III), Prancis (kelas II), Yunani (kelas I). TK A kebagian Polandia dan TK B kedapatan Skotlandia, sedangkan Playgroup memperkenalkan Jerman.
Bertepatan dengan momentum Hari Sumpah Pemuda, kegiatan ini mengusung tema “Kebhinekaan Global”. Ini merupakan salah satu dari enam profil Program Pelajar Pancasila yang sekarang sedang digaungkan.
Ketua Panitia Deni Lubis mengatakan kegiatan Culture Week sudah rutin mereka lakukan setiap tahunnya. Tepat tahun ini siswa yang terdiri atas 12 kelas mengenalkan budaya Eropa dari 12 negara.

Disebutkan, hari pertama menghadirkan pemateri dari Belanda yang sudah lama tinggal di Indonesia. Di sini siswa dikenalkan tentang aneka budaya, masakan dan sejarahnya Negeri Kincir Angin.
“Kemudian yang ditampilkan di sini, semua karya anak-anak yang berhubungan dengan negara kelas masing-masing. Sebagian besar karya anak yang dibuat berupa bangunan sejarah, pakaian tradisional, dan keseniannya,” kata Deni, Jumat (28/10).
Di hari kedua, siswa mengikuti program cooking project alias memasak. Siswa diajarkan dan dikenalkan masakan dari ke-12 negara di Eropa tadi. Contohnya, Belanda yang merupakan kelas asuhan Deni terlibat dalam proses pembuatan hingga penggorengan masakan khasnya.

Selanjutnya, ada kegiatan touring di mana siswa bergantian saling berkunjung kelas lain. Uniknya, siswa tidak asal masuk kelas melainkan turut diajarkan prosedur memasuki negara lain, seperti halnya menggunakan paspor.
“Meski tidak beneran seperti asli, kita buat paspor buat siswa. Jadi kalau berkunjung ke negara tersebut, siswa sudah paham kegunaan paspor. Ketika ingin masuk distempel seperti itu, lebih sederhana dan tidak layaknya imigrasi sebenarnya,” papar Deni.
Di hari puncak acara, siswa tampil di atas panggung. Sehubungan bersamaan dengan Hari Sumpah Pemuda, siswa pun menyanyikan lagu ‘Satu Nusa Satu Bangsa’ dan membacakan teks Sumpah Pemuda dengan antusias.

“Harapannya sesuai tema berkebhinekaan global, kita bisa mempelajari budaya-budaya di luar dan segala sesuatu yang positif menjadi konsumsi siswa,” pungkasnya.
Mazia Arsenna Putri, siswa kelas VII, mengaku antusias mengikuti kegiatan Culture Week di sekolahnya. Zizi, sapaan akrabnya, dan teman-temannya memperkenalkan keindahan dan keunggulan Swiss yang terkenal dengan keju, coklat, dan jam tangannya.

“Seru banget, karena kita seolah-olah jadi warga negara di Eropa. Kita juga bisa belajar banyak tentang negara-negara lain. Insya Allah kapan-kapan bisa datang langsung ke salah satu negara di Eropa. Aamin,” kata Zizi yang juga pengurus OSIS di sekolahnya. (wol/man/d1)
editor AUSTIN TUMENGKOL
Discussion about this post