MEDAN, Waspada.co.id – Ketua Umum SMeCK HOOLIGAN suporter fanatik PSMS Medan, Lawrence Simorangkir, menilai pengamanan untuk penonton yang memasuki lapangan di Stadion Kanjuruhan Malang di Luar kewajaran.
Menurutnya, dari video dan berita yang beredar, aparat keamanan terindikasi reaktif, karena dari fakta kejadian menunjukkan kesannya infrastruktur stadion lebih berharga daripada nyawa manusia.
Terlebih lagi, kata Lawrence, adanya penggunaan gas air mata dalam pengamanan. Padahal, dalam ketentuan FIFA dilarang keras penggunaan gas air mata.
“Perlu dipahami, yang terjadi adalah bukan kerusuhan antarsuporter, kenapa kesannya lebih berharga infrastruktur stadion daripada nyawa manusia, kalau kita lihat di video yang beredar, ada beberapa suporter yang dipukuli, berjatuhan,” kata Lawrence, di Medan, Senin (3/9).
Harapannya, aparat keamanan harus mempertanggungjawabkan cara pengamanan, meskipun kekalahan tim kesayangan di kandang sendiri sangat menyakitkan dan sangat mengecewakan.
“Suporter akan menunjukkan sikap kekecewaan, bahkan dengan kemarahan. Tetapi sampai ada kehilangan nyawa adalah bukan pilihan. Karenanya perlu ada pendekatan pengamanan suporter yang tidak hanya didasarkan dari kacamata aparat keamanan saja,” ujarnya.
“Kalau suporter massa banyak, jelas akan gampang terprovokasi, apalagi ada ‘tawaran’ misalnya mereka dikasari, oh makin kasar. Artinya cara pengamanan seharusnya lebih persuasif,” sambungnya.
Lanjut Lawren, kekhawatiran baru muncul pascatragedi Kanjuruhan, FIFA telah mengisyaratkan sanksi pembekuan kompetisi liga di bawah naungan PSSI selama 8 tahun.
Presiden RI, Joko Widodo, juga menegaskan akan memberhentikan kompetisi, hanya saja disebutkan sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
“Kalau semua kompetisi dihentikan, kami yang sangat dirugikan. PSMS lagi oke-okenya sekarang di Liga 2, sangat berambisi untuk lolos ke Liga 1 musim depan,” kata Lawren.
“Belum lagi semua saat ini bergairah. Stadion Teladan mulai padat setelah jeda karena Covid-19. Ekonomi UMKM pun mulai menggeliat. Karena itu perlu analisis mendalam sebelum menghentikan total kompetisi,” pungkasnya. (wol/man/d1)
Editor: FACHRIL SYAHPUTRA
Discussion about this post