JAKARTA, Waspada.co.id – Nilai tukar rupiah masih berpeluang menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (30/11) seiring dengan turunnya greenback. Pada Selasa (29/11), rupiah ditutup melemah 20,50 poin atau 0,13 persen ke Rp15.742 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau terkoreksi 0,50 persen ke 106,14. Bersamaan dengan rupiah, beberapa mata uang di kawasan Asia yang ditutup melemah adalah ringgit Malaysia turun 0,69 persen, dan rupee India turun 0,03 persen.
Sementara itu, mata uang Asia yang justru ditutup menguat terhadap dolar AS adalah won Korea Selatan naik 1,02 persen, baht Thailand naik 0,72 persen, yen Jepang naik 0,60 persen, yuan Cina naik 0,58 persen, dolar Singapura 0,44 persen, dolar Taiwan naik 0,25 persen, peso Filipina naik 0,13 persen, dan dolar Hong Kong 0,02 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pergerakan rupiah terhadap dolar AS terimbas perekonomian Cina terdampak oleh pemberlakukan pembatasan akibat Covid-19. Pembatasan Covid tersebut juga menimbulkan terjadinya protes yang memicu kebakaran di Urumqi.
Ratusan demonstran dan polisi mengalami bentrok di Shanghai pada Minggu malam. Adapun Bank sentral Cina, yakni People’s Bank of China (PBOC) telah memangkas rasio persyaratan cadangan untuk bank sebesar 25 basis poin yang efektif 5 Desember 2022.
Peristiwa yang terjadi di Cina menyebabkan adanya penguatan dolar AS. Adapun dolar AS melemah selama beberapa pekan terakhir di tengah ekspektasi the Fed yang akan segera memperlambat kenaikan suku bunga.
“Ketua The Fed Jerome Powell akan berbicara tentang prospek ekonomi AS dan pasar tenaga kerja di acara Brookings Institution pada hari Rabu, yang kemungkinan akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang prospek kebijakan moneter AS,” ujar Ibrahim dalam risetnya.
Lanjut Ibrahim optimistis Indonesia jauh dari potensi resesi pada tahun 2023. Hal ini karena ketergantungan Indonesia terhadap luar negeri relatif kecil dengan rendahnya ekspor dan impor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, ketergantungan terhadap investasi asing juga relatif rendah.
Meski Indonesia sedang mengalami tren perlambatan ekonomi, perekonomian Indonesia masih lebih baik dari ekonomi negara lain. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan ada kecenderungan penguatan dolar akan lebih terbatas tahun depan. Itu terindikasi dari positioning dolar AS yang sudah mulai short atau jual.
“Jadi, tekanan kepada rupiah tahun depan akan lebih reda dari tahun ini,” katanya dalam webinar, Sabtu (26/11).
Menurutnya prediksi itu bisa terjadi dengan asumsi tidak ada faktor penekan lain yang baru, seperti kondisi geopolitik yang memanas, yang bisa membatasi penguatan rupiah lebih lanjut.
“Konsistensi pejabat The Fed soal kenaikan suku bunga masih terpecah. Ada yang bilang terus naik, ada yang bilang melambat, ini yang membuat penguatan rupiah cukup terbatas walaupun indeks dolarnya sudah turun ke level di bawah 106,” ujarnya. (wol/bisnis/ari/d1)
Discussion about this post