Waspada.co.id – Pasca resmi mengambil alih perusahaan media sosial raksasa Twitter, Elon Musk selaku pimpinan baru terus menjadi sorotan publik hingga kini. Ia belakangan hadir dengan beragam aksi dan desas-desus terkait Twitter, mulai dari rencana PHK hingga pemangkasan biaya.
Rencana Musk untuk melakukan PHK terhadap karyawan Twitter sudah muncul sejak 21 Oktober lalu. Saat itu, Musk dilaporkan telah mengabari calon investor bahwa ia berencana memecat 75 persen dari 7.500 staf Twitter.
Kabar terakhir soal PHK itu, seperti yang dilaporkan oleh The Verge pada Jumat (4/11) setelah mendapatkan memo internal perusahaan, menyatakan bahwa Twitter telah mengirim email kepada seluruh karyawan terkait keputusan PHK, baik kepada mereka yang dipecat maupun yang tetap bertahan.
“Dalam upaya untuk menempatkan Twitter di jalur yang sehat, kami akan melalui proses sulit untuk mengurangi tenaga kerja global kami pada hari Jumat. Kami menyadari bahwa ini akan berdampak pada sejumlah individu yang telah memberikan kontribusi berharga kepada Twitter, namun sayangnya tindakan ini diperlukan untuk memastikan kesuksesan perusahaan di masa depan,” tulis manajemen dalam memo tersebut, Jumat (4/11) lalu.
Tak lama setelahnya, pada Minggu (6/11), Reuters mendapat laporan dari dua sumber bahwa Musk telah meminta timnya di Twitter untuk melakukan penghematan hingga USD 1 miliar, khususnya pada infrastruktur layanan cloud dan ruang server ekstra.
Hal ini dianggap memang menjadi strategi yang cukup untuk efisiensi biaya dari segi infrastruktur. Namun, kebijakan itu berpotensi pula pada risiko terburuk berupa gangguan akses pada momen tertentu ketika lalu lintas trafik Twitter meningkat. Kendati demikian, Musk tetap berpegang teguh pada rencananya.
“Saat ini, biaya operasional melebihi pendapatan. Jadi itu bukan situasi yang bagus untuk masuk. Jadi harus ada rasionalisasi jumlah karyawan dan operasional agar pendapatan lebih besar daripada pengeluaran. Jika tidak, Twitter sama sekali tidak layak atau tidak bisa tumbuh,” kata Musk, Minggu (6/11).
Atas sejumlah masalah yang ada di perusahaan itu, salah satu investor pertama di Twitter Chris Sacca menyarankan Musk yang terbiasa menjalankan bisnis roket dan mobil untuk mengelola Twitter dengan cara yang berbeda dari biasanya. Sacca mengatakan bahwa persoalan pada bisnis Musk yang sebelumnya memiliki jawaban benar salah yang kriteria keberhasilannya dapat diukur.
Menurutnya, Musk membutuhkan orang-orang dengan sudut pandang berbeda yang diizinkan untuk saling menguji atas sebuah pemikiran dan dapat mengatakan kebenaran di hadapan kekuasaannya. Sacca mengaku khawatir dengan masa depan aplikasi yang pertama kali didukungnya pada tahun 2006 ini, dia ingin melihat Musk membuat keputusan yang lebih baik demi berjalannya Twitter.
“Twitter tidak akan menjadi lebih baik bagi pengguna, pengiklan tidak akan kembali dalam skala besar, dan investasi besarnya tidak akan membuahkan hasil kecuali ada dialog yang tulus yang mengarah pada kemajuan dan stabilitas yang bijaksana,” tulis Sacca. (merdeka/tech/pel/d1)
Discussion about this post