JAKARTA, Waspada.co.id – Lima perbedaan mindset keuangan antara perempuan dan laki-laki sering kali menjadi perdebatan. Keduanya merasa benar dan tidak ada yang mau kalah.
Hal ini dibahas oleh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sekaligus Co-Founder Zap Finance Prita Hapsari Ghozie angkat bicara mengenai hal ini.
Seperti yang dilansir Okezone Minggu (11/12) pada laman Instagram pribadi @pritaghozie, dia mengatakan bahwa memang pada dasarnya laki-laki dan perempuan itu berbeda. Tidak ada yang dapat mengubah mindset orang lain.
Dia berpesan jika laki-laki dan perempuan sudah berencana untuk bersama dalam jangka waktu lama, mereka seharusnya sudah membicarakan hal tersebut satu sama lain.
“Tujuannya untuk menjadikan perbedaan mindset menjadi sesuatu yang bisa saling dipahami,” katanya.
Berikut adalah lima perbedaan mindset keuangan antara perempuan dan laki-laki.
1. Pandangan tentang budget.
Menurut Prita, keduanya memiliki pandangan yang berbeda.
“jika perempuan itu cenderung lebih banyak menghabiskan keuangannya untuk mengurus keluarga, sedangkan laki-laki jarang sekali melakukan pemisahan budget,” ujarnya.
Perempuan mementingkan adanya living-saving-playing dan jarang membuat alokasi untuk kebutuhan pribadi. Hal ini dikarenakan kebanyakan perempuan yang sudah berkeluarga akan mementingkan pemisahan budget kebutuhan rumah tangga, sedangkan laki-laki sebaliknya. Itulah mengapa laki-laki jarang yang merasa bersalah ketika melakukan belanja, tapi perempuan merasa bersalah.
2. Menurunkan belanja demi investasi
Prita juga berpendapat bahwa keduanya enggan dalam melakukan hal itu.
“Ternyata jawaban untuk booth: No! Shopping bukan hanya membeli barang, tapi juga pengalaman,” kata Prita.
Perbedaannya, jika perempuan menganggap belanja adalah sesuatu yang menyenangkan, sedangkan laki-laki cenderung to the point terkait belanja apa pun. Laki-laki juga mayoritas belanja sangat targetted dan tidak pernah merasa menyesal jika sudah membeli, namun perempuan sebaliknya. Mereka lebih dulu experience of choosing dan membaca review sebelum membeli, tujuannya agar tidak salah beli dan menyesal.
3. Cara Mengambil Keputusan Investasi
Dalam persentasenya, terhitung hanya 26% perempuan yang mengambil keputusan investasi secara mandiri, 71% yang lainnya menganggap tabungan sama dengan investasi.
Berbeda dengan laki-laki, mereka sangat percaya diri atas keputusan untuk berinvestasi dan cenderung agresif.
Tapi, biasanya laki-laki akan bersembunyi jika posisi sedang “LOSS.”
4. Profil Risiko dan Investasi
Penilaian perempuan terkait profil risiko dan tujuan investasi dari semua perempuan, hanya 16% yang memiliki profile risk-taker.
“Tujuan berinvestasi kebanyakan adalah mencapai kesejahteraan keluarga, lalu kemandirian finansial,” ungkapnya.
Berbeda dengan laki-laki, terhitung 41% mereka yang berprofil risk-taker. Laki-laki juga banyak yang menganggap bahwa investasi adalah sebuah kompetisi.
5. Cara Belajar Untuk Memulai Investasi
Dari 55% dari data perempuan yang tercatat berinvestasi, mereka memulainya dengan setelah membaca buku, mengikuti course atau webinar, mendengarkan kata mentor, serta teman.
Sedangkan dari 50% data laki-laki yang tercatat berinvestasi, mereka memulainya setelah dibombardir oleh charts, graphs, dan buku.
Namun perlu dicatat bahwa selebihnya menyatakan tidak membutuhkan itu semua dalam memulai investasi, karena mereka percaya kesuksesan berinvestasi adalah “dimulai dari sekarang.”
Jadi, Prita menyimpulkan bahwa literasi keuangan itu penting.
Namun bukan berarti harus menguatkan pendapat sendiri, tetap mengutamakan komunikasi yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak yang berbeda pendapat untuk mencapai tujuan yang baik bersama.
Ini adalah langkah yang tepat untuk mengawali perjuangan finansial di kehidupan baru, karena nantinya akan hidup bersama dalam jangka waktu yang panjang.
“Seharusnya ngobrol tentang finansial bukanlah suatu masalah, karena ke depannya akan dihadapkan banyak rintangan yang lebih sulit,” tutupnya. (okz/pel/d2)
Discussion about this post