• Tentang Waspada Online
  • Kontak
  • Redaksi
  • PEDOMAN PEMBERITAAN MEDIA SIBER
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Internal Perusahaan Pers
  • Jenjang Karir Kewartawanan
Waspada Online | Pusat Berita dan Informasi Medan Sumut Aceh
  • Home
  • Fokus Redaksi
  • Medan
  • Sumut
  • Aceh
  • Jabar
  • Warta
    • Indonesia Hari Ini
    • Politik
    • Mancanegara
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Teknologi
    • Features
  • Sports
    • Lokal
    • Nasional
    • Internasional
    • PSMS
  • Ragam
    • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Khazanah
    • Remaja
    • Wisata
  • Hiburan
  • Terkini
  • WOL Video
  • LAINNYA
    • Komunitas
    • WOL News
    • Advertorial
    • Artikel Pembaca
      • Pengamat
      • Umum
No Result
View All Result
  • Home
  • Fokus Redaksi
  • Medan
  • Sumut
  • Aceh
  • Jabar
  • Warta
    • Indonesia Hari Ini
    • Politik
    • Mancanegara
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Teknologi
    • Features
  • Sports
    • Lokal
    • Nasional
    • Internasional
    • PSMS
  • Ragam
    • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Khazanah
    • Remaja
    • Wisata
  • Hiburan
  • Terkini
  • WOL Video
  • LAINNYA
    • Komunitas
    • WOL News
    • Advertorial
    • Artikel Pembaca
      • Pengamat
      • Umum
No Result
View All Result
Waspada Online | Pusat Berita dan Informasi Medan Sumut Aceh
No Result
View All Result
  • Tentang Waspada Online
  • Kontak
  • Redaksi
  • Iklan
  • PEDOMAN PEMBERITAAN MEDIA SIBER
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Privasi
Home Artikel Pembaca

Menyoal Bapak Pers Indonesia di HPN 2023

4 bulan ago
in Artikel Pembaca, Pengamat
A A
0
Bapak-Pers-Indonesia

Foto: DR Ichwan Azhari sedang menjelaskan kiprah Dja Endar Moeda kepada penulis pada Pameran Pers HPN 2023 di Medan.

10
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Catatan: Marah Sakti Siregar

Waspada.co.id – SIAPAKAH Bapak Pers Indonesia? Versi lama dan masih berlaku sampai sekarang: Tirto Adhi Soerjo. Dia, wartawan. Pemimpin Redaksi ‘Pemberita Betawi ’ (1902), ‘ Soenda Berita’ (1903) dan pendiri koran ‘Medan Prijaji (1907). Tirto, nama singkatannya T.A.S, dinobatkan sebagai Bapak Pers Indonesia dengan Surat Keputusan Dewan Pers tahun 1973.

RelatedPosts

Alam Membatalkan Bonus Demografi Indonesia

Alam Membatalkan Bonus Demografi Indonesia

ago 4 bulan
Dosen-IAIN

Teori Two Steps Flow dan Pemilihan Umum

ago 4 bulan
Geliat Muhammadiyah di Daerah Perbatasan Aceh

Geliat Muhammadiyah di Daerah Perbatasan Aceh

ago 4 bulan

Versi lama ini, minggu lalu, mulai digugat dan dipersoalkan. Dalam ‘Seminar Seruan Pers dari Sumatera Utara: Pers Bebas, Demokrasi Bermartabat ” yang diadakan Panitia Konvensi Nasional Media Massa Hari Pers Nasional (HPN) 2023 pada 8 Februari lalu di Hotel Grand Mercure Medan, salah satu pembicara di seminar itu DR Phil Ichwan Azhari MS, mantan wartawan yang kini jadi dosen Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Medan (Unimed), menyatakan selain T.A.S. sebenarnya ada tokoh wartawan pejuang dari Sumatera Utara. Namanya, Dja Endar Moeda Harahap, yang juga pantas menyandang gelar Bapak Pers Indonesia.

Ichwan kemudian memaparkan data dan fakta hasil penelitiannya terkait kedua tokoh pers itu. Dja Endar Moeda, lahir di Padangsidimpuan tahun 1861, dengan nama lain setelah menunaikan ibadah haji: H. Mohammad Saleh. T.A.S lahir di Blora, Jawa Tengah, pada 1880 dengan nama asli Raden Mas Djokomono.

Rekam jejak kewartawanan kedua tokoh itu, kata Ichwan Azhari, hampir mirip. Tapi, berselisih tahun, Dja Endar Moeda, (disingkat DjEM) lebih senior. DjEM tercatat sudah menjadi editor dan koresponden majalah bulanan pendidikan ‘Soeloeh Pengadjar ’yang terbit di Probolinggo pada tahun 1887. T.A.S menjadi redaktur kepala (1901) dan pemimpin redaksi ‘Pemberita Betawi’ (1902).

Pada 1893, DjEM, wartawan yang juga seorang guru, diangkat menjadi redaktur di koran ‘Pertja Barat’ yang didirikan Lie Bian Goan di Padang. Empat tahun kemudian, pada tahun 1897, DjEM mengambil alih kepemilikan koran itu dan menjadi pemimpin redaksinya.

Setelah memimpin ‘Pemberita Betawi’ dan ‘Soenda Berita’, pada 1907 T.A.S menerbitkan sekaligus menjadi pemimpin redaksi surat kabar ’Medan Prijaji ‘ di Bandung. Koran ini disebut-sebut sebagai mingguan berbahasa melayu pertama di Indonesia. Selain berbahasa melayu, mingguan ini sepenuhnya dikelola awak dan staf pribumi.

Misi surat kabar ‘Medan Prijaji’, menurut T.A.S. adalah mengubah cara pandang masyarakat bumiputera terhadap peristiwa yang terjadi di Hindia Belanda. ‘Medan Prijaji’ memiliki tujuan sebagai sarana bagi masyarakat bumiputera untuk mendapatkan informasi sekaligus sebagai surat kabar pembela rakyat.

Setelah mengibarkan misi korannya dalam melakukan edukasi publik dan kontrol sosial melalui berbagai tulisan kritis terhadap pihak yang berkuasa, T.A.S bergerak maju dan tercatat mendirikan perusahaan penerbitan pertama milik pribumi bersama dua rekannya: H Mohamad Arsjad dan Pangeran Oesman.

Bapak-Pers-Indonesia
Foto: DR Ichwan Azhari sedang menjelaskan kiprah Dja Endar Moeda kepada penulis pada Pameran Pers HPN 2023 di Medan.

Nama penerbitan itu, ‘N,V Javaansche boekhandel en Drukkerij’ pada tahun 1909. Sayang, setelah mengubah periode terbit dari mingguan menjadi koran harian, pengelola koran itu terlilit utang, Medan Prijaji pun terpaksa berhenti terbit pada tahun 1912.

Semua dedikasi T.A.S dalam rekam jurnalistik dan pengelolaan surat kabar yang kemudian mencuatkan namanya sebagai perintis perjuangan pers nasional, menurut Ichwan Azhari, sebenarnya sama dan sebanding dedikasi dan idealisme DjEM.

”Cuma, terus terang saja. Data dan fakta tentang DjEM belum banyak diungkapkan dan diketahui orang. Sedangkan informasi dan persepsi tentang sosok T.A.S sangat lengkap. Apa lagi ada dukungan novel tetralogi Sastrawan Pramoedya Ananta Toer ‘Sang Pemula’ yang menukilkan figur bayangan T.A.S sebagai inspirasi awal pers perjuangan melawan kolonial. Dia itu sudah seperti mitos Bapak Pers Indonesia,” kata mantan wartawan Mertju Suar dan Sinar Pembangunan, Medan itu.

Ketika berkesempatan meneruskan studi S3 di Jerman, Ichwan mengatakan sempat menelusuri banyak dokumen lama ke pelbagai sumber di Belanda. Sampai kemudian menemukan sejumlah fakta berupa dokumentasi koran dan literatur yang memperlihatkan rekam sejarah sejumlah wartawan pejuang pro kemerdekaan RI dari Sumatera Utara, termasuk sosok DjEM.

Anak Sidimpuan yang kemudian mukim di Padang itu amat menonjol setelah berhasil membeli ‘Pertja Barat’ dan percetakan ‘Snelpersdrukkerij Insulinde’ dari pemiliknya Lie Bian Goan pada tahun 1897.

Koran itu seperti ‘Medan Prijaji’ juga berjuang untuk anak bangsa dan berbahasa melayu. Jargon atau motto korannya semula “Organ dari Segala Bangsa”. Tapi, setelah diakuisisi DjEM, diubah menjadi ”Oentoek Segala Bangsa”.

Surat kabar yang terbit tiga kali seminggu ini, Selasa, Kamis, dan Sabtu, sering menampilkan tulisan kritis dan sindiran tajam terhadap penguasa kolonial. Gaya literasi seperti itu rupanya cukup mendapat sambutan dari pembacanya. Baik lokal, maupun pembaca yang umumnya kaum intelektual di Eropa.

Sirkulasi ‘Pertja Barat’ karena model keagenannya yang unik, tercatat bisa memiliki agen di Belanda, Belgia dan Prancis. Harga langganannya waktu itu sekitar 18 f (guden) setahun.

Menurut Ichwan, sepak terjang DjEM sebagai jurnalis dan penerbit surat kabar setelah mengakuisisi ‘Pertja Barat’ makin berkibar di awal tahun 1900. Tercatat, tahun-tahun setelah itu dia menerbitkan beberapa koran baru. Koran dalam bahasa Batak ‘Tapian Na Oeli’ di Sibolga.

Lalu, di Padang, dia menerbitkan koran baru ‘Insulinde’ (1903-1905). Semua media yang diterbitkannya itu bermisi serupa: membela rakyat pribumi dan menentang penjajahan.

Konsekuensi dari sepak terjangnya yang agresif dan berani itu, pada seputar tahun 1905, DjEM tersandung kasus delik pers. Koran ‘Het Nieuws van den dag vor Nederlandsch-Indie’ memberitakan, DjEM diadili dan kemudian divonis bersalah kena hukum cambuk dan diusir dari kota Padang.

Namun, hukuman itu tak membuat dia keder dan jera. Dari Padang dia pindah ke beberapa kota di Sumatera. Antara lain, ke Medan dan Aceh. Di Kutaraja, Aceh, dia menerbitkan koran berbahasa melayu: ‘Pembrita Atjeh’ pada tahun 1906. Setelah itu, tiga atau empat tahun kemudian dia pindah ke Medan.

Di kota ini, DjEM menerbitkan surat kabar ‘Pewarta Deli’. Di koran idealis dan antikolonial ini pula pernah berkiprah sejumlah wartawan yang akhirnya menjadi tokoh pers nasional. Misalnya, Adinegoro, Parada Harahap Mangaradja Luthan dan Mohamad Said, yang kemudian mendirikan surat kabar ‘Waspada.’

Catatan positif Ichwan Azhari tentang idealisme perjuangan DjEM dan kinerja sirkulasi ‘Pertja Barat” mungkin sesuatu yang baru bagi sebagian komunitas pers. Tidak demikian bagi kalangan akademisi. DR Surya Suryadi MA, pakar filologi dan dosen di Universitas Leiden Belanda, misalnya. Ahli pernaskahan Nusantara yang hasil penelitiannya banyak dimuat di pelbagai jurnal internasional itu, pernah menulis tentang sepak terjang DjEM di Blog Minang Saisuak.

“Jika kita menapaktilasi lahirnya pers pribumi di Sumatera, khususnya di Padang, maka jelas nama Dja Endar Moeda (DjEM) alias H. Mohammad Saleh, haram untuk dilewati,” tulis akademisi lulusan Universitas Andalas yang menyelesaikan studi doktoral di Universitas Leiden itu.

DjEM, tulisnya, adalah seorang pribumi pintar yang terkemuka di Padang. Ia punya kepribadian yang hangat dan karenanya memiliki banyak teman. Baik dari kalangan pribumi maupun orang Belanda.

Catatan DR Suryadi, 57 tahun, tentang kiprah pelbagai surat kabar yang diterbitkan DjEM hampir sama dengan yang disampaikan DR Ichwan Azhari. Melalui koran-korannya, DjEM ingin menggugah kaum pribumi dan kaum perempuan agar bergiat meraih kemajuan. Sampai medio Juli 1911, ‘Pertja Barat’ masih terbit tiga kali seminggu. Tapi, bulan Juli 1911, DjEM kena ranjau pers kolonial terkait tulisan kritisnya tentang para pegawai pribumi prijaji yang merugikan rakyat. DjEM pun divonis bersalah. Harus menjalani hukuman badan dan keluar dari Padang.

Setelah kena hukuman, kepemimpinan di ‘Pertja Barat’ diambil alih oleh saudara DjEM, Dja Endar Boengsoe. Namun, baru beberapa bulan memimpin Dja Endar Boengsoe meninggal dunia. Maka, kepemimpinan redaksi koran itu kemudian diserahkan kepada putra DjEM, Kamaruddin. Namun Sang Putra Mahkota rupanya tak secakap ayah dan pamannya dalam mengembangkan koran. Walhasil, tahun 1912, setelah terbit sekitar dua dekade, ‘Pertja Barat’ akhirnya berhenti terbit.

Menutup tulisannya, DR Suryadi menyimpulkan: “DjEM adalah seorang perintis pers pribumi di Sumatera. Bahkan mungkin di Hindia Belanda. Minatnya sangat besar pada buku dan media yang menurut dia penting untuk memajukan kaum pribumi sebangsanya. Penerbit dan toko buku Snelpres Drukkerij Insulinde, selain digunakan untuk mencetak koran-korannya, juga digunakan untuk mencetak buku. Baik karangan DjEM sendiri maupun orang lain”.

Apapun, testimoni literasi DR Suryadi itu, ikut melengkapi klaim yang disampaikan dengan bersemangat oleh DR Ichwan Azhari tentang kelayakan Dja Endar Moeda sebagai Bapak Pers Indonesia.

Nah, dengan sejumlah fakta dan pandangan baru tadi, apakah mungkin menggeser mitos dan posisi T.A.S — yang pada 3 November 2006 lalu malah sudah diberi gelar Pahlawan Nasional -sebagai Bapak Pers Indonesia?

“Wah. Kalau itu terpulang pada Dewan Pers. Saya kan sebagai sejarawan sekadar mengungkapkan data dan fakta. Silakan saja diteliti lebih mendalam. Mana yang lebih pantas,” kata Ichwan.

Yang jelas, dia melanjutkan dua koleganya sesama sejarawan yang ikut dalam seminar pers dalam rangka HPN 2023, tidak atau belum membantah data dan fakta yang disajikan.

Dua sejarawan itu adalah Prof DR Nina Herawati dari Universitas Padjajaran Bandung dan DR Wannofri Samry MHum dari Universitas Andalas Padang. Ikut juga sebagai pemateri dalam seminar itu Ketua Dewan Pers DR Ninik Rahayu.***

*Penulis adalah wartawan senior dan Tokoh Pers Nasional

Tags: Dewan PersDR Wannofri Samry MHumpahlawan nasionalProf DR Nina Herawatitokoh pers nasionalUniversitas Padjajaran BandungWartawan Senior
Previous Post

Putra Mahkota Hasibuan Dilantik Jadi Ketum BPC HIPMI Palas Masa Bakti 2023-2026

Next Post

BREAKING NEWS: Putri Candrawathi Divonis 20 Tahun Penjara

Related Posts

Alam Membatalkan Bonus Demografi Indonesia
Artikel Pembaca

Alam Membatalkan Bonus Demografi Indonesia

ago 4 bulan
Dosen-IAIN
Artikel Pembaca

Teori Two Steps Flow dan Pemilihan Umum

ago 4 bulan
Geliat Muhammadiyah di Daerah Perbatasan Aceh
Artikel Pembaca

Geliat Muhammadiyah di Daerah Perbatasan Aceh

ago 4 bulan
Proses Panjang Perjuangan Hak Pelaut
Artikel Pembaca

Proses Panjang Perjuangan Hak Pelaut

ago 4 bulan
Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Tahun 2024
Artikel Pembaca

Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Tahun 2024

ago 4 bulan
Alumni-UMSU
Artikel Pembaca

Partisipasi Politik Pemuda Dalam Pemilu 2024

ago 4 bulan
Next Post
Putri-Candrawati-Vonis-20-tahun-penjara

BREAKING NEWS: Putri Candrawathi Divonis 20 Tahun Penjara

Discussion about this post

Stay Connected

  • 36.6k Fans
  • 40.3k Followers
  • 67k Followers

Trending

  • Tugu-Parsadaan-

    Marga Tertua Suku Batak Toba Bakal Resmikan Tugu Parsadaan di Samosir

    9416 shares
    Share 3766 Tweet 2354
  • Daftar 25 Nama Lulus Seleksi Administrasi Jabatan di Tiga OPD Pemprov Sumut

    1374 shares
    Share 550 Tweet 344
  • Mau Naik Angkot Apa ke Tujuanmu? Ini Daftar Trayek Angkot Kota Medan Terlengkap

    172420 shares
    Share 68968 Tweet 43105
  • Diduga Korban Pembunuhan Dalam Mobil, Penjual Es Jajanan di Binjai

    321 shares
    Share 128 Tweet 80
  • Bupati Samosir Lantik Naslindo Sirait jadi Pj Sekda

    262 shares
    Share 105 Tweet 66

Recent News

Polsek Medan Sunggal Tangkap Hercules Rampok Sepeda Motor

Polsek Medan Sunggal Tangkap Hercules Rampok Sepeda Motor

ago 4 bulan
Iswar-Lubis

Dishub Kota Medan Ingatkan Seluruh Pengelola e-Parking: Jangan Terima Uang Tunai

ago 4 bulan
PT LGE Siap Menindak Jukir E-Parking yang Berlaku Curang

PT LGE Siap Menindak Jukir E-Parking yang Berlaku Curang

ago 4 bulan
Kemenag Berangkatkan 352 Jamaah Calon Haji, 2 Orang Tunda Karena Sakit

Kemenag Berangkatkan 352 Jamaah Calon Haji, 2 Orang Tunda Karena Sakit

ago 4 bulan
Waspada Online | Pusat Berita dan Informasi Medan Sumut Aceh

Waspada Online adalah media online pertama di Sumatera Utara yang resmi berdiri pada 11 Januari 1997 bertepatan dengan HUT Harian Waspada ke-50 dengan tujuan utama melengkapi sistem informasi sebagai referensi utama di Medan, Sumatera Utara, dan Aceh.

Follow Us

Temukan di Google Play

Recent News

Polsek Medan Sunggal Tangkap Hercules Rampok Sepeda Motor

Polsek Medan Sunggal Tangkap Hercules Rampok Sepeda Motor

ago 4 bulan
Iswar-Lubis

Dishub Kota Medan Ingatkan Seluruh Pengelola e-Parking: Jangan Terima Uang Tunai

ago 4 bulan

Waspada Online © 2020 All right reserved.

No Result
View All Result
  • Home
  • Fokus Redaksi
  • Medan
  • Sumut
  • Aceh
  • Jabar
  • Warta
    • Indonesia Hari Ini
    • Politik
    • Mancanegara
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Teknologi
    • Features
  • Sports
    • Lokal
    • Nasional
    • Internasional
    • PSMS
  • Ragam
    • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Khazanah
    • Remaja
    • Wisata
  • Hiburan
  • Terkini
  • WOL Video
  • LAINNYA
    • Komunitas
    • WOL News
    • Advertorial
    • Artikel Pembaca
      • Pengamat
      • Umum

Waspada Online © 2020 All right reserved.