Waspada.co.id – Pencegahan stunting merupakan program kesehatan yang sudah dicanangkan pemerintah sejak beberapa tahun terakhir. Terkait hal itu, Tim Kesehatan dari Institut Kesehatan Helvetia (IKH) Medan sigap melakukan penyuluhan guna mencegah kelahiran stunting. Termasuk pemenuhan nutrisi bagi balita.
Penyuluhan berlangsung di Dusun II Desa Paluh Sibaji, Kecamatan Pantai Labu, Deliserdang, Senin (20/2) kemarin. Kegiatan bertema “Pencegahan Stunting dan Manajemen Pola Asuh Dalam Pemenuhan Nutrisi Balita Melalui Pendekatan Terapi Komplementer” ini pun diikuti oleh para ibu dan balita di desa tersebut.
Tim Kesehatan IKH Medan dalam hal ini dipimpin oleh Bidan Ramadhani Syafitri Nst MKM, dengan anggota Bidan Debby Pratiwi SST MKM dan Nurul Mouliza SST MKM.
Dalam penyuluhan itu dipaparkan, sunting adalah keadaan status gizi yang diukur berdasarkan indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan z-score <-2 SD. Stunting dibentuk oleh growth faltering dan catch up growth yang tidak memadai yang mencerminkan ketidakmampuan untuk mencapai pertumbuhan optimal.
Hal tersebut kata Ramadhani Syafitri, mengungkap bahwa kelompok balita yang lahir dengan berat badan normal dapat mengalami stunting bila pemenuhan kebutuhan selanjutnya tidak terpenuhi dengan baik. “Salah satu tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang dapat terwujud melalui derajat kesehatan yang optimal,” tuturnya.
“Hal itu ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan yang sehat, mempunyai pengetahuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di wilayah Republik Indonesia.”
Salah satu pengoptimalan kesehatan, menurutnya adalah asupan energi dan protein perlu diperhatikan oleh masyarakat. “Masalah kesehatan yang popular sekarang ini adalah masalah status gizi anak balita 1-5 tahun. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberi perhatian terhadap hal tersebut agar mengurangi masalah status gizi anak balita yang dimaksud,” ujarnya.
Dikatakan, salah satu bentuk perhatian pemerintah adalah terhadap masalah status gizi anak balita yaitu PMT-P. Kejadian stunting adalah pendapatan keluarga, pengetahuan ibu, riwayat infeksi penyakit, riwayat imunisasi, asupan protein dan pendidikan ibu.
Salah satu faktor determinan kejadian stunting pada anak di bawah lima tahun adalah pengetahuan ibu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

“Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari pencegahan dan penanggulangan masalah tersebut harus didukung oleh pengetahuan seorang ibu tentang stunting,” ungkap Ramadhani lagi.
Dia menyebut, jika ibu tidak memahami tentang stunting akan menyebabkan meningkatnya kejadian stunting di suatu wilayah. Peranan ibu sebagai pengasuh utama anaknya sangat diperlukan mulai dari pembelian hingga penyajian makanan serta pemenuhan kebutuhan sehari-hari seorang anak.
“Jika sikap seorang ibu kurang baik akibatnya balita tidak akan terpenuhi kebutuhan untuk peningkatan pertumbuhan dan perkembangannya,” jelasnya di hadapan para ibu dan balita di desa tersebut. (wol/rls/pel)
Discussion about this post