KUTACANE, Waspada.co.id – Program pemulihan hutan konservasi di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh Tenggara (TNGL Agara) tahun 2022, dinilai gagal. Bibit kayu yang hendak ditanamkan, banyak ditemui berserakan.
Hal itu sesuai dengan foto dokumentasi yang diterima Waspada Online, Kamis, (23/2). Bibit kayu yang dikelola oleh empat l Kelompok Tani Hutan (KTH) di Aceh Tenggara, terlihat berserakan dan tidak ditanamkan.
Untuk diketahui, program pemulihan hutan konservasi TNGL di Aceh Tenggara, yang dibiayai oleh Perusahaan Statutori Kreditanstalt Fur Wiederaufbau (KFW) Frankfurt Jerman, melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK-RI).
Dari informasi yang diperoleh Waspada Online, pengelola kegiatan itu dibawah naungan Balai Besar Tanam Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) Aceh. Jumlah dana yang dikucurkan sebanyak Rp60 miliar dalam satu dekade pemulihan hutan konservasi.
Sedangkan untuk pembiayaan pembibitan dan penanaman kayu yang berjenis tanaman endemik, dibiayai sebanyak Rp147 juta untuk satu kelompok Kebun Bibit Pemulihan Ekosistem (KBPE), yang berjumlah empat Kelompok Tani Hutan di Aceh Tenggara.
Ketentuan atau spesifikasi teknis yang ditentukan, diketahui kelompok KBPE dirigestrasikan untuk melakukan pembibitan kayu hingga sampai dengan penanaman. Pembiayaannya, tersusun pada Rencana Anggaran Biaya (RAB) kegiatannya.
Namun menurut sumber, kegiatan program itu, tidak semua dilaksanakan. Bibit kayu-kayu tersebut, banyak ditemui berserakan dan tidak ditanamkan, sebut sumber yang minta jati dirinya disembunyikan.

Sementara, Fasilitator Penanggung Jawab Teknis KLHK BBTNGL Aceh, Erwansyah, membenarkan program pemulihan hutan konservasi di TNGL Aceh Tenggara, memiliki empat kelompok KBPE yang menyebar dibeberapa desa.
“Ya, ada empat kelompok KBPE di Aceh Tenggara, yang menyebar di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Darul Hasanah dan Ketambe, diantaranya di Desa Kuning Abadi, Rambung Teldak, Tanjung dan Simpur Jaya,” terangnya.
Untuk jumlah bibit kayu, kata dia, mencapai 200 ribu dari empat kelompok KBPE. Sedangkan untuk jenis kayu, berupa kayu tanaman endemik diantaranya, durian, jengkol, pete, pinang, kemiri dan lain-lainnya.
Terkait dengan teknis, Erwansyah, menyebutkan dirinya belum sempat menerangkan. Hal itu, terkait waktu yang mepet sedang dialaminya. (wol/sur/d1)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post