MEDAN, Waspada.co.id – Pengamat kesehatan sekaligus akademisi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU) Dr dr Delyuzar MKed(PA) Sp PA (K) menyambut baik langkah Bobby Nasution dalam upaya penanganan stunting, salah satunya melalui perbaikan rumah warga yang tidak layak huni menjadi layak huni.
Sebab, jelasnya, penyakit infeksi seperti diare dan saluran pernafasan juga dapat menyebabkan berat badan menurun yang lama kelamaan bisa menjadi stunting.
“Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia. Jadi, sudah benar lah apa yang dilakukan Pak Bobby,” ujarnya, Rabu (15/3) kemarin.

Guna pengoptimalan penanganan stunting, sambung Delyuzar, perlu penguatan dari hal lainnya seperti memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil sebagai bagian intervensi komprehensif.
“Berdasarkan Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan,” imbuhnya.
Kemudian, tambahnya lagi, ibu harus memberi ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Sebab, ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI selama enam bulan kepada sang buah hati.
Lalu, imbuh Delyuzar, dampingi ASI dengan MPASI (Makanan Pendamping ASI) sehat. Apalagi ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, bilangnya, maka ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI.
Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting.
“WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter,” pesannya menambahkan.
Terakhir, kata Delyuzar, terus memantau tumbuh kembang anak. Terlebih, tidak sulit mengenali anak yang mengalami stunting. Dari segi fisik, mereka biasanya mempunyai postur tubuh lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya.
“Jadi, penting bagi ibu untuk terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya,” pungkasnya. (wol/mrz/d2)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post