JAKARTA, Waspada.co.id – Hasil studi penelitian yang digelar United Healthcare and Health Action Council sehubungan dengan gangguan kesehatan generasi tertentu baru saja diungkap.
Mengutip laporan New York Post, Jumat (17/3) hasil dari penelitian itu menunjukkan kalau orang-orang dari generasi milenial lebih banyak berobat ke dokter untuk masalah kesehatan daripada generasi sebelumnya.
Penelitian di atas sendiri digelar melibatkan kurang lebih 126.000 orang, dengan mengeksplorasi faktor dan data klaim dari pemegang polis asuransi orang-orang berusia 27 hingga 42 tahun. Para peneliti kemudian membandingkan data saat ini dari April 2021 hingga Maret 2022 dengan data historis yang berasal dari tahun 2012.
Hasilnya, ditemukan bahwa orang-orang generasi milenial kondisi kesehatan kronis umum dan anak-anaknya mendapat manfaat besar dari sistem perawatan kesehatan dibandingkan dengan Generasi X.
Manfaat dari sistem layanan kesehatan tersebut, mulai dari rawat inap terkait diabetes 106 persen, 55 persen perawatan di IGD, dan kunjungan ke rumah sakit untuk tekanan darah tinggi. Pada 2019, disebutkan sebanyak 31 persen generasi milenial didiagnosa gangguan stres pascatrauma (PTSD) dan meningkat jadi 38 persen di tahun 2022.
Sementara diagnosis paling umum yang ada, adalah gangguan defisit perhatian (ADD) yang mencapai sebesar 43 persen dan gangguan spektrum autisme sebesar 35 persen.
Mykale Elbe, Direktur Program Praktisi Perawat MSN dan asisten profesor keperawatan di Maryville University di Missouri, mengatakan ia sendiri sebagai tenaga kesehatan tidak terkejut dengan hasilnya, terutama di aspek kesehatan mental.
“Sejak pandemi, penyedia layanan kesehatan sudah melihat adanya lonjakan pasien yang mengalami gangguan kesehatan mental lalu mencari pertolongan,” pungkasnya. (wol/lvz/okz/d2)
Discussion about this post