JAKARTA, Waspada.co.id – Menurut hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) sebanyak 70,2 juta orang di dunia merokok. Indonesia masuk dalam urutan ketiga jumlah perokok terbanyak di dunia.
Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), dan Sentra Informasi Keracunan Nasional (Siker Nas) dari BPOM, 3 dari 4 orang mulai merokok di usia kurang dari 20 tahun.
Bahkan dikatakan di sana bahwa prevalensi perokok anak terus naik setiap tahunnya. Pada 2013 prevalensi perokok anak mencapai 7,20%, kemudian naik menjadi 8,80% tahun 2016, 9,10% tahun 2018, 10,70% tahun 2019. Jika tidak dikendalikan, prevalensi perokok anak akan meningkat hingga 16% di tahun 2030.
Hal itu tentu saja sangat mengkhawatirkan, khususnya bagi generasi muda. Sebab merokok memiliki dampak serius pada kesehatan, mulai dari penyakit paru, hipertensi, jantung, hingga kanker.
Wakil Menteri Kesehatan, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD, Ph.D mengatakan pihaknya bekerjasama dengan NGO dan organisasi internasional seperti Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF yang bergerak di bidang anak-anak untuk mengkampanyekan tidak merokok.
“Sehingga kita bisa menghasilkan generasi yang sehat,” ujar Prof Dante saat ditemui MNC Portal dalam acara Puncak Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2023 di Kantor Kemenkes di Jakarta, Kamis (8/6/2023).
Selain itu, lanjut Prof Dante, pihaknya melakukan beberapa cara untuk terus mengkampanyekan tentang bahaya merokok.
“Jadi, kami memberikan edukasi mengenai bahaya merokok melalui media digital dan edukasi integrasi edukasi tembakau di dalam kurikulum sekolah,” jelasnya.
Tak hanya itu, Prof Dante juga mengapresiasi beberapa daerah di Indonesia yang sudah memiliki aturan kawasan tanpa rokok (KTR).
“Saat ini sudah ada 86 persen daerah yang punya aturan KTR, saya harap 2023 akan 100 persen targetnya untuk semua daerah punya kawasan tanpa rokok,” ujar Prof Dante.
“Yang paling penting adalah mereka yang sudah merokok. Mereka yang sudah merokok harus dibantu untuk berhenti merokok,” sambungnya.
Untuk membantu para perokok yang ingin berhenti, Kementerian Kesehatan RI juga menyediakan layanan Quitline. Platform tersebut dihadirkan untuk memfasilitasi orang-orang yang sudah merokok dan berkeinginan untuk berhenti merokok.
“Biasanya mereka mau berhenti merokok karena sudah kena batunya, seperti terkena penyakit jantung, stroke, paru-paru, dan hipertensi, tapi susah berhenti. Nah platform ini membantu mereka untuk berhenti merokok,” tutup Prof Dante.(wol/okezone/eko/d1)
Discussion about this post