MEDAN, Waspada.co.id – Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas) RI, Andi Widjajanto, menegaskan Pemilu 2024 harus berjalan normal karena merupakan tonggak untuk kematangan demokrasi Indonesia di kancah global.
“Oleh sebab itu, semua pihak harus menyukseskan Pemilu 2024. Salah satu elemen kesuksesannya adalah penguatan deteksi dini potensi keberhasilan dan hambatan,” ujarnya di Aula Raja Inal Siregar Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pangeran Diponegoro Medan, Rabu (23/8).
Memberi paparan pada Sarasehan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Sumatera Utara (Sumut), Andi mengupas posisi strategis sukses Pemilu 2024 dan hal-hal penting pada tahapannya.
Dengan moderator tokoh intelektual Dr H Sakhyan Asmara yang juga anggota FKDM Sumut dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P) Medan, sesi dialog berlangsung alot dengan inti semua pihak sepakat akan kesuksesan Pemilu 2024.
Ketua FKDM Sumut Dr H Ismail Efendy MSi mengemukakan Pemilu Legislatif (Pileg), Pemilihan Presiden (Pilpres), dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sarat kepentingan dan muatan politik. Alhasil, Pemilu dapat menjadikan pelaksanaan rawan konflik dan berpotensi timbulnya Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan (ATHG).
Lebih lanjut, Gubernur Lemhannas memaparkan untuk menciptakan demokrasi yang matang, Indonesia perlu melaksanakan pemilu demokratik tujuh kali beruntun secara normal. Disebutkan, Pemilu 2019 yang kelima hingga Pemilu 2024 strategis menjadi tonggak menuju kematangan.
Andi menyampaikan bahwa pemantauan 10 tahun terakhir menunjukkan lebih banyak negara mengalami regresi dibanding peningkatan kualitas demokrasi. Meski demikian, pembangunan demokrasi Indonesia memiliki tren positif ketika ditarik dari awal kemerdekaan.
Hal penting lain dalam tahapan Pemilu 2024 adalah indeks kerawanan. Beberapa variabel yang memengaruhi kerawanan tersebut, di antaranya indeks pembangunan manusia, tingkat pengangguran terbuka, dan proporsi penduduk miskin.
Terkait demografi pemilih, Andi mengatakan ada dua data signifikan yakni pemilih pemula dan perempuan. Secara nasional, pemilih pemula bisa mencapai 80% pada Pemilu 2024 dan estimasi pemilih Perempuan 50%.
“Di situlah kunci kita untuk memperkuat budaya politik. Pemilih pemula generasi y dan z dan perempuan. Kenapa di situ kuncinya? karena mereka akan menjadi pemilih yang signifikan,” kata Gubernur Lemhannas.
Hal penting kelima adalah tantangan politik digital tentang disrupsi informasi yang terbagi dalam misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. Secara global, Andi menyampaikan aktivitas siber terus mengalami peningkatan.
Ini menunjukkan bahwa teknologi telah menjadi faktor pemicu disrupsi, termasuk dalam proses politik yang berlangsung. Platform online, terutama media sosial, berpotensi menjadi kanal mempromosikan disinformasi dan memanipulasi opini publik. Alhasil, situasi tersebut dapat memicu keretakan di masyarakat yang berujung ancaman terhadap demokrasi. (wol/aa/rls/d2)
Editor: M AGUS UTAMA
Discussion about this post