MAKASSAR, jabar.waspada.co.id – Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Merdisyam menyatakan bom bunuh diri yang terjadi di gerbang Gereja Katedral Makassar pada Minggu (28/3) pagi memiliki daya ledak tinggi atau high explosive.
“Berdasarkan analisa tim, itu masuk dalam kategori high explosive, yang merakit ini sangat paham dalam hal kerja-kerja peledakan,” kata Merdisyam sebagaimana dilansir Antara, Minggu (28/3).
Saat ini, tim dari Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri Cabang Makassar, Inafis, Densus 88 Antiteror dan Gegana Brimob Polda Sulsel masih melakukan penyelidikan untuk mengusut kasus bom bunuh diri ini.
Selanjutnya, tim Densus 88 Antiteror juga masih mendalami jaringan kelompok teroris yang menjadi dalang bom bunuh diri kali ini. Diketahui sampai saat ini polisi belum bisa memastikan jaringan teroris yang terlibat.
“Teman-teman di lapangan juga masih selidiki jaringan apa yang terlibat dalam bom bunuh diri itu,” kata Merdisyam.
Dikabarkan, Mabes Polri mengatakan dua orang pelaku mengendarai motor dan mencoba masuk ke halaman gereja. Seorang pelaku teridentifikasi berkelamin pria, sementara kelamin satu pelaku lain belum diketahui.
Aksi pelaku untuk memasuki halaman berhasil digagalkan oleh petugas keamanan Gereja Katedral Makassar. Namun, petugas keamanan tersebut mengalami luka-luka akibat bom yang meledak di gerbang gereja.
Jumlah korban ledakan bom yang diduga bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan kini 19 orang. Sebelumnya, Polri menjelaskan korban akibat bom tersebut sebanyak 14 orang.
Korban luka-luka di bagian leher, dada, muka, tangan dan kaki. Sebanyak lima korban di antaranya merupakan petugas keamanan internal Gereja Katedral Makassar dan empat korban lain merupakan jemaat.
Nama JAD dicurigai lantaran dalam beberapa pekan terakhir kepolisian aktif menangkap anggota kelompok itu di Makassar dan kota lain. Dalam penangkapan di Makassar sejumlah anggota JAD ditembak polisi karena melawan.
Sementara, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar mengatakan ada kemiripan secara pola pikir antara pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dengan tiga bom di Surabaya pada 2018 lalu. (cnnindonesia/ags)
Discussion about this post