Para mahasiswa tersebut menyuarakan kritik terhadap kekerasan represif aparat kepolisian di rezim pemerintahan Jokowi, pemerintah yang dianggap oligarki, hingga menilai rezim bobrok.Orator aksi massa silih berganti teriak menyuarakan gagasan yang dimiliki.
“Hari ini kami turun ke jalan. Oligarki tidak seharusnya, bukan milik keluarga, pemerintah milik masyarakat. Hidup mahasiswa!,” cetus seorang orator.
Lalu orator lainnya, pun melempar sejumlah pertanyaan kepada massa aksi.
“Apakah jokowi berkuasa selama tujuh tahun membawa kemajuan?,” tanya orator.
“Tidak!,” jawab massa aksi secara serentak.
Salah seorang koordinator aksi, mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Ilyasa Ali Husni mengatakan aksi ini ditujukan untuk titik balik aksi Kota Bandung dan membawa tema evaluasi refleksi di dua tahun pelantikan Presiden Jokowi.
“Dalam aksi kita yang melibatkan beberapa kampus yang kini hadir atas mahasiswa bandung ini upaya awal pemantik untuk menumpahruahkan gagasan, untuk menumpahruahkan kajian, untuk mengaktivasi lagi beberapa narasi-narasi perihal kebobrokan rezim yang dikuasai atau dipegang oleh Jokowi selama dua tahun,” ucap Ilyasa di lokasi aksi.
Kemudian Ilyasa juga menegaskan aksi tersebut merupakan upaya menyatukan pemahaman kepada publik, memberikan kabar bahwa Indonesia sedang keadaan tidak baik.
“Ini disampaikan dari kajian-kajian yang disampaikan atau dikaji dari tiap-tiap kampus,” jelas Ilyasa.
“Jadi (tuntutan) mulai dari isu ekonomi, pendidikan, lahan, agraria, lingkungan, hukum, kebijakan, politik dan lain-lain kita tumpahruahkan di sini selama dua tahun kebobrokan rezim Jokowi,” tegasnya.
Lebih jauh, perwakilan dari salah satu kampus pun menyatakan pemerintah kurang memperhatikan dampak pembangunan terhadap lingkungan, budaya, dan Hak Asasi Manusia (HAM).
“Dampak pembangunan di mana pemerintah kurang memperhatikan sektor budaya, lingkungan, dan HAM dalam pembangunannya,” kata mahasiswa tersebut.
“Misalnya banyak cagar budaya yang luluh lantah, terlantar, terbengkalai, dalam lingkungan contohnya seperti pembangunan di Pulau Komodo yang terlalu masif. Bagaimana sendiri ada hewan yang individualis dan butuh ketenangan, dengan pembangunan dapat membuat komodo stres,” tutupnya. (wol/vin)
Editor: ANDA
Discussion about this post