Oleh: Harry Tumengkol
Waspada.co.id – Ketika mengevaluasi kualitas lulusan baru dari jurusan Public Relations (PR), kami menemukan kesenjangan besar antara ilmu yang diajarkan di bangku kuliah dan ekspektasi di dunia kerja. Jurusan PR memberikan dasar teori yang kuat, namun gagal memberikan keterampilan praktis yang dibutuhkan.
Industri public relations (PR) merupakan industri yang sangat dinamis dimana tren, teknologi, dan strateginya terus berganti. Institusi pendidikan memainkan peran penting dalam membina generasi profesional PR masa depan. Namun, masih banyak institusi pendidikan yang meluluskan mahasiswa dengan keterampilan PR versi 1.0 yang sudah ketinggalan zaman. Sementara, pemberi kerja membutuhkan kandidat yang memiliki kemampuan PR versi 4.0 yang lebih maju.
Agar lulusan PR menjadi kandidat yang siap kerja dan unggul di bidangnya, mereka perlu dibekali dengan keterampilan praktis dan pengetahuan yang luas. Namun, seringkali jurusan PR tidak memasukkan keterampilan praktis tersebut dalam kurikulumnya. Misalnya, meskipun lulusan tahu cara menulis siaran pers, tapi mereka tidak tahu cara mengirimkannya ke media.
Sebagian besar program sekolah PR juga belum mengajarkan proses penyebaran siaran pers seperti menyusun daftar media yang relevan, cara dan gaya menghubungi media, mempresentasikan siaran pers, dan menindaklanjutinya secara efektif.
Berikut adalah 10 keterampilan praktis yang sering tidak diajarkan jurusan PR:
- Media Monitoring & Reporting – Kemampuan memantau liputan media dan menyusun laporan pemberitaan media dan tren tentang suatu topik.
- Undangan Media – Memilih, menyusun dan mengundang media untuk acara pers, konferensi, wawancara, kunjungan, dan acara terkait media lainnya.
- Distribusi Siaran Pers dan Story Pitch – Keterampilan dalam mendistribusikan siaran pers secara efektif dan menawarkan ide cerita kepada jurnalis dan media.
- Pengembangan Story Matrix – Kemampuan mengembangkan kerangka kerja strategis untuk bercerita dan menyampaikan pesan di berbagai platform.
- Mengelola Konferensi Pers / Media Gathering – Kemampuan merencanakan, mengorganisir, dan melaksanakan konferensi pers maupun acara media lainnya.
- Manajemen Media Sosial – Memahami berbagai platform dan tools media sosial, perencanaan kolaborasi, manajemen influencer / KOL, pengembangan konten, produksi, dan analisis.
- Pengukuran dan Evaluasi – Memahami teknik pengukuran dan mengenal metode evaluasi dasar, termasuk model AMEC (International Association for Measurement and Evaluation of Communication) untuk menganalisis efektivitas PR.
- Dokumen Briefing / Komunikasi – Kemampuan menyusun dokumen briefing atau pedoman komunikasi untuk panduan aktivitas dan kampanye PR.
- Menyusun Dokumen RFP – Kemampuan memahami dan menyiapkan dokumen Request for Proposal (RFP) untuk mengajukan permintaan jasa PR kepada agensi atau vendor.
- Model PESO dan Merged Media – Memahami model PESO (Paid, Earned, Shared, Owned) dan kemampuan mengintegrasikan berbagai saluran media sebagai bagian dari kampanye PR yang komprehensif.
Untuk mengatasi kesenjangan antara pendidikan PR dan ekspektasi industri, diperlukan revisi kurikulum yang melibatkan kolaborasi antara akademisi, profesional industri, dan asosiasi pendidikan. Penekanan harus diberikan pada keterampilan praktis PR, sementara asosiasi industri PR diharapkan menerbitkan ikhtisar tahunan tentang perkembangan dan inovasi terkini.
Media massa juga dapat berperan dalam menyebarkan informasi tentang tren PR, mendorong institusi pendidikan untuk memperbarui kurikulum agar tetap relevan. Dengan langkah-langkah ini, lulusan PR diharapkan lebih siap menghadapi tuntutan profesi dan sukses dalam karir mereka.
*Co-founder & Partner, Image Dynamics
Discussion about this post