MEDAN, Waspada.co.id – Data rilis pertumbuhan ekonomi AS secara kuartalan di kuartal pertama 2024 menunjukan kinerja perlambatan.
Ekonomi AS hanya tumbuh 1.6%, yang bisa diterjemahkan bahwa inflasi di AS masih berpeluang untuk naik. Karena mendorong laju pertumbuhan selalu kerap diiringi dengan kenaikan laju tekanan inflasi. Data tersebut memberikan sinyal bahwa kemungkinan penurunan bunga acuan kian jauh dari harapan pasar.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menuturkan bahwa bursa di AS melemah mekskipun sebagian besar bursa di Asia diperdagangkan di zona hijau. IHSG sendiri ditransaksikan di zona merah pada pembukaan perdagangan.
“IHSG dibuka melemah di level 7.140, dimana tekanan pada IHSG sendiri masih berlangsung sejauh ini. IHSG kembali bergerak anomali dibandingkan dengan banyak kinerja bursa di Asia lainnya,” tuturnya, Jumat (25/4).
Di sisi lain, mata uang Rupiah juga tidak dintungkan dengan rilis data PDB AS tersebut. Data tersebut telah mendorong kenaikan Imbal hasil US Treasury 10 Tahun di atas 4.7%. Mata uang rupiah juga kembali melemah dikisaran level 16.205 pada sesi perdagangan pagi ini.
“Rupiah tertekan oleh kinerja mata uang US Dolar yang diuntungkan dari memburuknya data pertumbuhan ekonomi AS,” ungkapnya.
Lalu, di akhir pekan ini, AS akan kembali mempublikasikan laju tekanan ifnlasi sebagai penentuan bagaimana kinerja pasar keuangan selanjutnya.
“Seiring dengan tekanan yang terjadi di pasar keuangan tanah air pada hari ini. Harga emas dunia ditransaksikan relatif menguat dikisaran $2.335 per ons troynya,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post