Waspada.co.id – Stunting masih menjadi isu kesehatan yang menjadi perhatian banyak orang. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan.
Stunting menyebabkan hambatan perkembangan kognitif dan motorik, penurunan kapasitas intelektual, dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular di masa depan. Di Indonesia sendiri, kasus stunting masih cukup tinggi.
Prevalensi stunting pada 2022 adalah 21,6 persen dan target pemerintah adalah menurunkannya hingga menjadi 14 persen pada 2024. Hal ini menjadi kekhawatiran bagi sejumlah pihak, termasuk ahli kesehatan. Sebab ketika anak mengalami stunting mereka akan terganggu dalam tumbuh kembangnya.
“Dikhawatirkan 20 tahun kemudian anak-anak ini jadi generasi yang lemah. Mereka kesulitan mendapatkan pekerjaan dan mempengaruhi pendapatan per kapita di suatu negara,” ujar Dokter Spesialis Anak, dr Isti Ansharina Kathin, SpA dalam webinar bertajuk ‘Mengatasi Stunting: Upaya Menyelamatkan Generasi Bangsa, Rabu (7/2).
Dokter Isti mengatakan salah satu cara mengatasi stunting adalah dengan memperbaiki pola makan dan memperhatikan gizi untuk ibu hamil dan bayi.
Lantas makanan seperti apa sih yang dibutuhkan bumil dan anak-anak?
Dokter Isti menjelaskan Jika ingin memberikan makanan tambahan kepada anak-anak itu tentu disesuaikan dengan kebutuhan.
“Kalau usia 0-6 bulan beri ASI eksklusif, kecuali jika pada saat pemeriksaan ada masalah gizi kurang atau gizi buruk itu nanti beda lagi. Tapi untuk anak-anak yang sehat di usia 6 bulan pertama efektifnya diberi ASI eksklusif, kemudian MPASI,” tuturnya.
Menurut dr. Isti, MPASI ini diberikan secara bertahap. Kalau baru mulai MPASI di usia 6-9 bulan tentu pemberian makannya masih yang lumat.
“Lalu nanti sampai berikutnya bertahap sampai ke menu makan keluarga sampai usia 12 bulan,” katanya.
Lebih lanjut dr Isti mengatakan beberapa komponen makronutrien yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak adalah karbohidrat, protein hewani dan lemak.
“Makronutrien itu macam-macam jenisnya ada zinc, zat besi, dan lain-lain. Dan sekarang sudah banyak yang memulai untuk memberikan menu yang berhubungan dengan protein hewani, seperti telur,” tuturnya.
Dokter Isti pun menyinggung soal program makan yang dicanangkan oleh salah satu paslon capres dan cawapres. Menurutnya untuk pemberian program makan tambahan paling mudah telur.
“Setelah telur ayam, lalu bisa ikan atau daging, jadi sebetulnya tidak efektif lagi pemberian makanan berupa snack apalagi yang menggunakan pemanis buatan,” katanya. (wol/okezone/ryan/d2)
Discussion about this post