JAKARTA, Waspada.co.id – Peneliti Senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lili Romli mengomentari pandangan Menteri Bahlil Lahadalia dan sejumlah kalangan elit politik soal pemilu satu putaran lebih hemat Rp30 triliun.
Lili menyebut pernyataan Bahli salah dan menyesatkan. Menurut Romli demokrasi tidak bisa diukur dan dihitung dengan materi.
“Nilainya lebih tinggi dan mulia dari materi. Para reformis berjuang untuk menggulingkan rezim otoriter orde baru sampai meninggal dalam untuk menegakkan demokrasi. Nyawa melayang itu tak ternilai harganya. Jadi jangan sekali-sekali membandingkan demokrasi dengan materi.”
“Dana yang dikeluarkan banyak itu lebih utama dalam rangka memilih dan mencari pemimpin yg baik dari yang buruk,” kata Lli, melansir Bloomberg Technoz, Kamis (8/2).
Lili juga menanggapi soal Bahlil mengatakan 85% masyarakat nyaman dengan pemilu yang hanya satu putaran saja. Ia mengatakan masyarakat nyaman bukan hanya satu putaran. Satu putaran pemilu tersebut menurut Lili hanya mereka yang takut kalah.
“Masyarakat nyaman adalah masyarakat yang tidak diintimidasi, tidak ditekan, tapi mereka memiliki kebebasan untuk memilih pemimpinnya sesuai dengan hati nuraninya. Kalo rakyat menginginkan 2 putaran, harus dihormati, jangan dipaksakan. Konstitusi menjaminnya. Untuk itu breapa pun anggarannya, negara harus menyediakannya,” jelas Lili.
Kemudian di sisi lain pendapat dari Pusat Riset Politik dari BRIN, Firman Noor menilai logika menteri investasi tersebut tidak efisiensi dengan selaras jalannya demokrasi saat ini.
“Demokrasi itu butuh waktu harus fair melihat kepentingan suara terbanyak ya. Patokannya adalah suara terbanyaknya berdasarkan kualitas pilihan yang ada, ada yang nantinya dipilih rakyat, bukan seputar perayaan demokrasinya ini sebenarnya juga nggak nyambung antara kualitas kepemimpinan yang sedang dipertaruhkan, sedang dijajakan juga dipilih oleh rakyat dengan logika tahapan pemilu itu. Jadi ini, juga ga nyambung, kesimpulan diabaikan saja pak menteri yang aneh-aneh itu,” ujar Firman.
Selain itu Firman juga menanggapi soal 85% menurut Bahlil yang mengatakan masyarakat nyaman dengan satu putaran untuk pemilu 2024.
Firman menilai Menteri Investasi ini hanya modal omongan dan tak berani membuka data sebenarnya. Justru katanya saat ini sedang marak melawan para paslon capres-cawapres
“Dulu kan dia bilang sekian persen 3 periode, mana nggak setuju tuh orang-orang makin marak malah yang mau akan melawan 02, itu kan bukti omong doang, saya juga yakin dia ga berani membuka datanya, 85% dari mana. Dianggap angin lalu saja,” lanjut Firman.
Firman juga mengemukakan pandangan masyakat bisa sabar dan mengikuti sekian putaran pemilu demi mendapatkan pemimpin yang terbaik.
“Jangan dilihat satu atau dua putaran lebih baik, pilihan-pilihan mana yang bermutu atau tidak. Rela tiga putaran sekalipun asalkan terbaik, itu nantinya dipilih. saya lihat masyarakat bisa sabar untuk mendapatkan yang terbaik bisa sabar toh gratis juga buat mereka,” pungkas Firman. (wol/bloomberg/pel/d1)
Discussion about this post