Oleh:
Lilia Syarif Naga
Waspada.co.id – Ada beberapa pelajaran besar yang perlu kita ambil dari peristiwa global lima tahun terakhir ini. Pandemi Covid 19 menunjukkan bahwa kita bisa panik secara global dan bisa ditipu secara global juga. Tidak ada satupun yang berani buka suara dengan mengatakan bahwa vaksinasi yang dilakukan lebih dari satu kali menunjukkan bahwa produk vaksin tersebut belum layak dipakai, belum terbukti manfaatnya tapi sudah dipaksakan untuk dipakai secara massal karena ada bisnis farmasi trilyunan rupiah dibaliknya.
Video pembodohan massal ditampilkan dimana orang mati bergelimpangan secara mendadak sementara laporan resmi belakangan menjelaskan bahwa penyakit Covid tersebut mengalami proses 14 hari baru bisa menjadi fatal.
Fenomena lain yang diam-diam menggerogoti dunia adalah merajalelanya uang krypto padahal arti asli dari crypto adalah rahasia dan tersembunyi. Pencetus uang krypto bahkan awalnya tidak diketahui asal-usulnya bahkan hingga sekarang semua serba rahasia dan tidak diketahui masyarakat umum.
Lantas mengapa bisa mendunia dan digeluti banyak orang? Sekarang orang dengan mudahnya membicarakan Bitcoin, Litecoin, Ethereum, Dogecoin seolah-olah itu hal yang sahih dan wajar. Itu semua tipu daya di belakang yang menunggu grand finale-nya.
Fenomena berikutnya adalah semakin merajalelanya LBGTQ dimana banyak negara mensahkannya dan dengan kurang ajarnya sudah berani memaksakan memasukkan ide-ide mereka ke kurikulum sekolah resmi seolah-olah itu hak asasi mereka.
Tiga point di atas bukanlah fokus utama dari maksud tulisan ini. Itu sekedar ilustrasi untuk bisa merasakan bahwa di dunia ini memang ada konspirasi yaitu sekelompok elite tertentu yang menyitir dunia ini sesuai dengan agenda mereka.
Hal yang ingin saya usung adalah: Sampai kapan muslim Indonesia mau dibodoh-bodohi dan ditipu oleh para pemain busuk yang beraninya di belakang layar itu? Benarlah Allah yang mengatakan bahwa setan itu adalah musuh yang nyata. Setan itu nyata tapi tidak menampakkan diri. Setan itu akan menjadi lemah jika ia menampakkan wujudnya. Setan dan mitranya dalam Al Qur’an dinyatakan terdiri dari manusia dan jin.
Peristiwa Gaza dan Rafah di Palestina menunjukkan bahwa jika kita tidak berdaya melawan
setan besarnya setidaknya kita bisa melemahkan setan pendukungnya dengan memboikot semua produk dan dagangannya.
Di dalam Alquran juga banyak dinyatakan agar kita memerangi thaghut yaitu segala ide, pemikiran dan tindakan yang melampaui batas sehingga dia lebih ditakuti dan lebih dianggap penting dari pada Allah.
Apapun masalah sosial dan politik di dunia ini ada kelompok yang merencanakannya dan memobilisasinya. Mungkin kita tidak berdaya melawannya tetapi kita harus tahu siapa biang keladinya. Mungkin kita tidak tahu nama pelakunya tapi kita bisa memastikan organisasinya, negaranya dan ideologinya.
Jika kita ingin melihat wajah setan dan antek-anteknya saat ini juga di Indonesia coba kita angkat satu hal yang relevant dan memang kelak menjadi pertanyaan Allah yang pertama di hari berbangkit.
Statementnya adalah: Mari kita berlakukan sepenuhnya hukum Islam bagi penganut agama Islam di Indonesia. Coba pahami bahwa hal ini hanya diberlakukan bagi penduduk yang mengaku beragama Islam. Dan pasti kita akan lihat yang pertama kali keberatan adalah para non muslim dan kaum munafik dan kemudian diikuti oleh para pengecut yang membenarkan mereka.
Maka kini pertanyaannya ditujukan kepada yang merasa dirinya muslim yang benar dan waras: Siapa yang menghalangimu untuk mematuhi hukum Allah sepenuhnya?
Apa yang engkau perlukan untuk menjalankan hukum Allah sepenuhnya? Berapa biayanya? Memangnya apa yang akan dilakukan oleh para musuh Allah dan musuhmu itu jika engkau mematuhi hukum agamamu sendiri? Dari semua pertanyaan di atas jawabannya hanyalah: ucapan. Kata-kata.
Surga bisa dibayar dengan sepatah kata syahadah yang ikhlas, sementara banyak orang yang dicampakkan ke neraka jahannam yang abadi hanya karena ucapannya. Dan setan yang terkutuk hanya bisa menyerangmu melalui bisikan tersembunyi.
Ini fakta yang jelas terang benderang bahwa muslim di Indonesia tidak menjalankan hukum Allah sepenuhnya. Perlu diingatkan kembali agar kita berani menjadi original, otentik dan murni. Sebagai ilustrasi pada zaman Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam masjid itu hanya berupa sebidang tanah yang dipagari dan tanpa atap. Di masjid itu semua urusan dunia akhirat kaum muslimin dibahas dan diselesaikan termasuk urusan hukum dan syariah. Jadi bila kita masih punya sebidang tanah itu artinya kita masih bisa melaksanakan hukum Allah di situ. Tidak mesti harus dengan dinding beton dan bata.
Pada detik ini kita tidak menjalankan hukum Allah sepenuhnya di Indonesia dan kita membiarkan saja pencitraan seolah-olah hukum Allah itu tidak bermutu, kampungan, terbelakang dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Padahal hukum Allah kaya dengan hikmah dan keadilan dan bahkan disempurnakan dengan kasih sayang.
Sebagai contoh, hanya dalam hukum Islam seorang pembunuh bisa dimaafkan dengan meminta maaf dan memberi ganti rugi kepada keluarga korban tanpa merasa ada unsur suap dan paksaan. Dan hanya dalam hukum Islam uang ganti rugi itu diberikan kepada keluarga korban dan tidak dirampas oleh lembaga lain maupun negara. Hanya dalam Islam hukumnya tegas dan jelas sehingga berfungsi sebagai deterrent (pencegah) meskipun dicitrakan kejam oleh kaum fasik dan munafik.
Bila ada seorang pencuri di negeri kaum muslimin maka harus dipotong tangannya tapi masih terbuka pintu untuk meminta maaf dan ditebus dengan ganti rugi namun bila memang sudah keterlaluan silahkan potong tangannya kemudian pencuri itu dirawat dan dipulangkan ke rumahnya. Tetapi di negeri non muslim dan sekuler yang merasa dirinya manusiawi dan beradab maka si pencuri dimasukkan ke penjara dan dibiarkan menjadi korban pelecehan, penganiayaan, penistaan oleh penjahat yang lebih kejam di penjara untuk bertahun-tahun lamanya.
Belum lagi dia dipaksa menjadi pekerja tanpa gaji yang hari demi hari harga dirinya hancur berantakan, iman dan moralnya dibiarkan terbengkalai dan dia hanya menjadi tubuh yang mati ruhnya, mati semangat hidupnya dan rusak rasa kemanusiaannya. Tidak heran orang yang lama di penjara umumnya bukan bertambah baik melainkan lebih buas dan tidak manusiawi. Semua orang tutup mata atas penindasan ini dan sudah hilang unsur keadilan dan kemanusiaan kita semuanya.
Sungguh Allah Maha Adil dan Maha Santun, kelak Ia pasti akan meminta pertanggungjawaban semua manusia yang membiarkan hukum jahiliyah itu. Hanya di Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim tapi hukum yang dipakai hukum sekuler. Mungkin ini adalah dikarenakan dulu para bapak bangsa kita masih bermental inlander dan kurang pengetahuan agamanya.
Apakah kita sekarang anak cucunya yang sudah lama hidup merdeka dan berpendidikan masih bermental orang terjajah? Para bapak bangsa kita dulu mungkin mendapat tekanan dari banyak pihak mengakibatkan hukumnya hukum sekuler. Tetapi sekarang para bapak bangsa kita sudah meninggal dan orang-orang yang menekan merekapun semua sudah pada mati. Apakah kita takut pada manusia sekuler yang sudah pada mati? Manusia sekulernya sendiri yakin dia tidak bakalan hidup lagi jadi mengapa kita masih ketakutan pada kisah lama mereka?
Para kaum muslimin yang berakal dan waras ayo selamatkan urusan akhiratmu. Terapkan hukum Islam untukmu dan saudaramu yang beriman. Sungguh tidak lucu di negeri yang kaum muslimnya mayoritas tetapi para lawyer, pengacara dan advokat yang paling kaya dan paling dihormati adalah dari kalangan non muslimnya.
Singkirkan rasa kepengecutan itu. Hanya Allah subhana wata’ala yang pantas kita takuti. Tegakkan hukum Allah secara kaffah dan sempurna. Janji Allah benar dan cahaya agama Allah tidak mungkin dapat dipadamkan oleh kaum fasik. Sedikit orang siddiqin dan tulus bisa mengalahkan musuh yang lebih besar jumlahnya. Itu janji Allah.
Discussion about this post