MEDAN, Waspada.co.id – Dalam setiap upaya atau ikhtiar yang dilakukan seorang Muslim dalam mencari rezeki, pada hakikatnya ia berada di jalan Allah SWT.
Namun ketika rezeki yang diperoleh itu jauh di bawah ekspektasinya, maka ingatlah pesan Imam Al Ghazali.
Dilansir dari laman republika, Minggu (11/2), dalam buku Saripati Ihya Ulumiddin Imam Ghazali karya Syekh Jamaluddin Al-Qasimi dijelaskan, seseorang yang dilimpahkan kemampuan seharusnya merasa bersyukur untuk dapat beraktivitas dan mencari rezeki.
Sebab Allah SWT menciptakan bumi untuk manusia tempati lengkap dengan rezeki yang ditebarkan seluas-luasnya. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Al-A’raf ayat 10:
وَلَقَدۡ مَكَّـنّٰكُمۡ فِى الۡاَرۡضِ وَجَعَلۡنَا لَـكُمۡ فِيۡهَا مَعَايِشَ ؕ قَلِيۡلًا مَّا تَشۡكُرُوۡنَ
Yang artinya, “Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.”
Imam Ghazali menjelaskan bahwa Allah SWT menjadikan bumi sebagai nikmat untuk manusia dan menuntut syukur terhadapnya atas apa yang diberi.
Artinya, manusia memang harus terlebih dahulu berikhtiar mencari rezeki dan penghidupan yang halal dengan tujuan rasa syukur yang perlu dihaturkan.
Nilai dari rezeki yang didapatkan atas ikhtiar yang dilakukan bukan lagi tentang nominal, namun tentang bagaimana aktivitas itu dapat menjadikannya pribadi yang lebih berisi.
Meski begitu, setiap umat haruslah mengingat bahwa dengan janji Allah SWT yang pasti, bagi hamba-hambanya yang mencari penghidupan dengan jalan yang benar maka baginya rezeki yang baik akan datang. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Al-Jumuah ayat 10:
فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوۡا فِى الۡاَرۡضِ وَابۡتَغُوۡا مِنۡ فَضۡلِ اللّٰهِ وَاذۡكُرُوا اللّٰهَ كَثثِيۡرًا لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ
Yang artinya, “Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.”
Tidak tertukar
Setiap makhluk Allah SWT mendapatkan anugerah rezekinya masing-masing sehingga rezeki pada hakikatnya tidak akan tertukar. Hal ini disebutkan dalam Surat At Talaq ayat 3. Allah SWT berfirman sebagai berikut:
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Yang artinya, “Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.”
Dalam tafsir Kementerian Agama dijelaskan bahwa Allah SWT akan memberi makhluk-Nya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka dengan memberikan kebutuhan fisik maupun kebutuhan ruhani.
Dan barang siapa bertawakal kepada Allah SWT dalam segala urusan, niscaya Allah SWT cukup sebagai tempat mengadu bagi diri-nya.
Sesungguhnya Allah SWT melaksanakan urusan-Nya dengan penuh hikmah bagi manusia. Sungguh, Allah SWT telah menjadikan segala sesuatu dengan kadarnya sehingga setiap orang tidak akan menghadapi masalah di luar batas kemampuannya.
Bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah SWT , mereka tidak saja diberi dan dimudahkan jalan keluar dari kesulitan yang dihadapinya, tetapi juga diberi rezeki oleh Allah SWT dari arah yang tidak disangka-sangka, yang belum pernah terlintas dalam pikirannya.
Selanjutnya Allah SWT menyerukan agar mereka bertawakal kepada-Nya, karena Allah SWT -lah yang mencukupkan keperluannya mensukseskan urusannya.
Bertawakal kepada Allah SWT artinya berserah diri kepada-Nya, menyerahkan sepenuhnya kepada-Nya keberhasilan usaha. Setelah ia berusaha dan memantapkan satu ikhtiar, barulah ia bertawakal.
Bukanlah tawakal namanya apabila seorang menyerahkan keadaannya kepada Allah SWT tanpa usaha dan ikhtiar. Berusaha dan berikhtiar dahulu baru bertawakal menyerahkan diri kepada Allah SWT.(wol/republika/mrz/d2)
Discussion about this post