MEDAN, Waspada.co.id – Palang Merah Indonesia (PMI) Sumatera Utara (Sumut) me-launching standar operasional prosedur Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) proyek kemanusiaan.
Program ini merupakan upaya PMI mendukung Perguruan Tinggi (PT).
Kegiatan ini bekerja sama dengan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah I Sumut dan sejumlah PT Negeri/Swasta. Acara berlangsung di Legend International Hall Rahmat International Wildlife Museum dan Gallery, Jalan S Parman Medan, Selasa (10/7).
Dalam kesempatan itu, PMI Sumut juga melakuan Memorandum of Understanding (MoU) dengan 35 Perguruan Tinggi (PT) Negeri dan Swasta se-Sumut.
Ketua PMI Sumut Dr H. Rahmat Shah yang diwakili Wakil Ketua Dr. H. Sakhyan Asmara M.SP, mengatakan program ini bertujuan agar para mahasiswa memahami bahwa sesungguhnya kegiatan PMI itu tidak hanya sekadar donor darah.
PMI, kata Sakhyan, dalam berbagai peristiwa turut berpartisipasi, misalnya membantu bencana alam, dan lain sebagainya. PMI juga bekerja untuk membangun nilai-nilai kemanusiaan, kesetaraan, persatuan, semangat kenetralan, dan kesamaan.
“Ada tujuh prinsip dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, yang sesungguhnya itu bisa diinternalisasikan ke dalam kehidupan kampus, khususnya kalangan mahasiswa, sehingga diharapkan dapat membawa dampak positif terhadap kegiatan-kegiatan kemahasiswaan,” ungkapnya.
“Program ini digagas sebagaimana melihat permasalahan di berbagai daerah sehingga mengantisipasi kekerasan seksual di dalam kampus. Jika ketujuh prinsip dasar bisa disosialisasikan, apalagi dapat ditumbuhkembangkan kepada kalangan mahasiswa. Secara spesifik bisa dibentuk Palang Merah Mahasiswa sebagai satu UKM, ini alangkah dahsyatnya,” sambungnya.
Ketua LLDIKTI Wilayah I Sumut, Prof. Saiful Anwar Matondang Ph.D, mengatakan semua PT yang ada di Sumut untuk MBKM, koordinatornya adalah LLDikti.
“Jadi program MBKM ini, kami yang ditanya oleh pusat, tentang jumlah mahasiswa yang mengikuti kerja sama dengan Kemendikbud,” ucapnya.
Prof. Saiful yang merupakan dosen di UISU, juga menambahkan program bersama PMI ini adalah MBKM yang mandiri. PMI termasuk dari NGO MBKM mandiri, hal ini bisa dikonversikan menjadi satu semester atau 20 SKS jika mencapai target sebanyak 1000 jam.
“Kami bertanggung jawab yang industri, BUMN, pemerintahan, dan juga di swasta. Ini bukan masalah waktunya, ini boleh jadi tiga bulan, enam bulan maupun lebih, akan tetapi target adalah 1000 jam kegiatan diluar kampus,” sebutnya.
Plt. Konsul AS Medan untuk Sumatera, Kristy Mordhorst, mengaku merasa terhormat dapat berbicara dalam kesempatan ini untuk menyoroti inisiatif yang menunjukkan semangat kerja sama internasional dan ketahanan iklim yang proaktif.
“Proyek Ketahanan Kota Pesisir dan Aksi Panas Ekstrim (CoCHAP), yang didanai oleh USAID dan dilaksanakan oleh Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), berdiri sebagai mercusuar harapan dan kemajuan dalam perjuangan kolektif kita melawan tantangan yang ditimbulkan oleh pemanasan global, perubahan iklim,” kata Kristy.
Dia menegaskan komitmen Amerika Serikat tetap teguh terhadap kepemimpinan global dalam ketahanan iklim. Pihaknya sangat antusias untuk menjadi bagian dari COCHAP, bekerja sama dengan mitra internasional untuk mengantisipasi dan memitigasi dampak pemanasan global.
“Bersama-sama, melalui inisiatif seperti ini, kita dapat menciptakan jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan tangguh bagi semua orang,” sebutnya.
Menurut Kristy, Indonesia, khususnya di Medan dan Surabaya, inisiatif ini mempunyai dimensi penting melalui kolaborasinya dengan PMI. Keterlibatan PMI sangatlah penting, memanfaatkan keahliannya untuk melibatkan kampus-kampus dan komunitas lokal dalam merancang kegiatan yang bertujuan mengatasi panas ekstrem.
“Dengan mengintegrasikan upaya-upaya ini dengan strategi Belajar Merdeka Kementerian Pendidikan, siswa diberdayakan untuk memberikan kontribusi yang berarti terhadap proyek-proyek kemanusiaan, mendapatkan kredit sekaligus mendidik masyarakat tentang ketahanan iklim,” pungkasnya. (wol/man/muaz/d2)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post