P. SIDIMPUAN, Waspada.co.id – Tokoh Masyarakat Sumatera Utara, Dr Drs Nikson Nababan M.Si dalam setiap kunjungannya bertemu masyarakat, selalu menyempatkan diri berziarah, baik kerabatnya maupun tokoh masyarakat, bahkan ulama yang ada di suatu daerah.
Kali ini, Nikson pun berziarah ke makam seorang ulama kharismatik di Kota Padangsidimpuan, Sabtu (13/7).
Adalah Syekh Zainal Abidin Harahap, pendiri masjid tertua yang kini masjid itu diabadikan menjadi namanya. Dirinya dikenal sebagai seorang ulama terkemuka di zamannya. Lokasi masjid dan makam tak begitu jauh, tepatnya di Desa Pudun, Kecamatan Batunadua, Kota Padangsidimpuan.
Kehadiran Nikson Nababan beserta rombongan saat itu, disambut langsung Ketua Yayasan Syekh Zainal Abidin Harahap, Ustadz Mombang Harahap, bersama Imam Masjid Ustadz Agus Panisean.
Sesampainya di makam, Imam Masjid Agus Panisean langsung bermunajat, memanjatkan doa, shalawat serta membaca ayat-ayat suci Al Quran. Nikson Nababan dengan khidmat mengikuti prosesi nyekar ke makam ulama yang wafat pada 1903 ini.
Usai berziarah, Ketua Yayasan Mombang Harahap, mengajak Nikson Nababan dan Tim mengunjungi masjid Syekh Zainal Abidin Harahap. Kemudian, pengurus yayasan pun menjelaskan keunikan masjid itu.
Wajah kagum Nikson pun terpancar saat Ketua Yayasan Syekh Zainal Abidin menjelaskan keunikan masjid tersebut. “Bangunannya masih tampak asli. Saya kagum dengan ulama-ulama kita dahulu. Mereka orang-orang taat dalam agama dan masih meninggalkan sejarah,” ungkap Nikson, mantan Bupati Tapanuli Utara dua periode itu.
“Sebagai orang yang sangat menghargai keberagaman, saya kagum dengan masjid ini. Tadi juga diajak berziarah dan berdoa. Salam saya untuk seluruh jamaah masjid, dan masyarakat Padangsidimpuan,” ucap Nikson sebagai pesan pluralisme.
Nikson, Bakal Calon Gubernur Sumut dan rombongan juga dipersilakan menimba air sumur, yang konon dibuat sendiri oleh Syekh Zainal Abidin, dengan menancapkan tongkatnya di tanah. Dan sumur itu juga disebut tak pernah kering bahkan saat kemarau sekalipun. Airnya, dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit, sesuai niat setiap orang yang mengambilnya masing-masing.
“Masjid ini dibangun oleh Tuan Syekh (Zainal Abidin), bersama murid-murid dan pengikutnya saat itu, sekira tahun 1880. Bangunannya sebagian besar masih asli, termasuk beton dan beberapa tiangnya. Sebagian kecil memang sudah dipugar dan diganti karena lapuk dimakan usia,” ujar Ketua Yayasan Syekh Zainal Abidin, Mombang Harahap.
Mombang menyebut, desain masjid itu penuh makna. “Di antaranya pintunya hanya satu, dan lebih kecil dan rendah dari kebanyakan pintu-pintu masjid lain. Maknanya setiap orang yang masuk harusnya tunduk hanya kepada Allah saja.”
Termasuk tiang tunggal yang ada di dalam masjid. “Itu menandakan Allah Yang Maha Esa, bisa dilihat sendiri, hanya ada satu tiang di tengah dalam masjid,” sambungnya.
Yang tak kalah menarik, di bagian dinding depan masjid terdapat corak lukisan simbol dan ayat Al Quran yang ternyata penuh makna dan nilai-nilai Tauhid. “Ada doa iftitah di sebelah kanan, dan Surah Al Fatihah di sebelah kirinya.”
Di dinding tersebut juga ada simbol-simbol tauhid, yang dibuat sendiri Syekh Zainal Abidin Harahap, sebagai syiar agama yang beliau ajarkan kala itu. “Ada gambar timbangan, sebagai pengukur yang bermaknya keseimbangan antara amal dan kehidupan kita,” tuturnya lagi.
“Ada gambar lidah dan gunting sebagai simbol pemutus amal adalah ucapan kita. Awalnya kami juga tidak mengetahui apa makna-makna yang terkandung pada tulisan-tulisan ini. Dahulu, ada seorang ulama yang dikatakan datang dari Mekah, dan memberitahukan arti dari tulisan itu.”
Dikatakan juga, konon Syaikh Zainal Abidin Harahap pernah menempuh perjalanan menuju Kota Mekah guna memperdalam ilmu agama sampai akhirnya kembali ke kampung halamannya Desa Pudun Jae Batunadua, Padangsidimpuan.
Syekh Zainal Abidin diketahui lahir pada 1810, dan wafat di desa itu tahun 1903. (wol/ags)
Discussion about this post