JAKARTA, Waspada.co.id – Kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker paling mematikan di dunia. Dokter spesialis patologi klinik Rumah Sakit (RS) Pelni Erlang Samoedro mengingatkan laki-laki lebih rentan mengalami kanker paru-paru. Untuk itu, laki-laki perlu lebih waspada dalam menjaga gaya hidup.
Dalam webinar untuk memperingati Hari Kanker Paru Sedunia di Jakarta pada, Kamis (1/8) lalu, Erlang menyebutkan kanker paru-paru dan bronkus secara umum menjadi kanker kedua setelah prostat yang mengalami peningkatan kasus secara signifikan bagi laki-laki.
“Hasil kajian kami menemukan kanker paru-paru dan bronkus bahkan menjadi kanker paling mematikan bagi laki-laki, dengan angka korban sebesar 76,650 jiwa atau 24 persen dari populasi laki-laki AS di tahun 2019,” jelas Erlang dilansir dari laman republika, Sabtu (3/8).
Sementara di Indonesia, data Globocan pada 2020 menyimpulkan kanker kanker paru-paru merupakan kanker dengan angka kasus baru ketiga paling banyak di Indonesia dengan lebih dari 34 ribu kasus baru.
Adapun faktor pemicu penyakit tersebut, lanjutnya, tidak jauh dari gaya hidup individu yakni kebiasaan merokok yang lebih banyak dilakukan oleh laki-laki. Ia menerangkan kebiasaan merokok menambah peluang risiko terkena kanker paru-paru sebesar 20 kali dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok.
Di samping itu beberapa pekerjaan yang rentan terhadap paparan polutan udara, seperti pembangkit listrik, konstruksi, pembakaran biomassa, hingga industri. Oleh karena itu, ia pun mengingatkan agar masyarakat, khususnya laki-laki, sebaiknya menghindari gaya hidup yang tidak sehat serta meminimalisir terpapar polutan udara.
Apabila individu mulai mengalami beberapa gejala, seperti batuk yang makin memburuk atau tidak sembuh-sembuh, suara serak, sulit bernapas seperti tersengal-sengal, nyeri dada yang terus-menerus, atau batuk berdarah, sebaiknya segera memeriksakan diri ke layanan kesehatan terdekat.
Hal ini dikarenakan waktu perburukan kanker paru-paru non-sel kecil hanya perlu memakan waktu satu hingga satu setengah tahun untuk menuju stadium lanjut, khususnya untuk ras Asia, meskipun angka tahan hidup memang ada peningkatan dengan penemuan obat-obat terbaru.
Dengan demikian ia menambahkan peluang penderita kanker paru-paru untuk sembuh lebih besar bila mendapat penanganan sedini mungkin. (wol/republika/mrz/d1)
Discussion about this post