MEDAN, Waspada.co.id – Dalam dialog interaktif yang digelar saat meresmikan Posko Pemenangan Berani di Jalan Menteng VII No. 15 Medan, Sabtu (7/9), Prof Ridha Darmajaya berbicara mengenai visi dan komitmennya untuk Kota Medan.
Didirikan oleh Komunitas Teman Ridha (KTR), posko ini menjadi simbol gerakan perubahan menuju Pilkada Medan 2024.
Sebagai seorang dokter bedah saraf, Prof Ridha menggunakan analogi medis untuk menggambarkan kepemimpinannya.
“Ketika saya melakukan operasi, saya membuka tengkorak, mengangkat tumor, dan pasiennya selamat. Satu orang tertolong, satu keluarga senang. Tapi, jika saya menjadi walikota, dengan satu tanda tangan kebijakan, bukan hanya satu orang atau satu keluarga yang senang, tetapi seluruh kota yang akan merasakan manfaatnya,” ujarnya.
Prof Ridha juga menyampaikan bahwa menjadi walikota bukan soal materi atau gaji yang besar, tetapi tentang pengabdian kepada masyarakat. “Mungkin gaji lebih sedikit daripada saat ini, tapi saya yakin Tuhan akan cukupkan semuanya. Ini adalah saatnya bagi kita untuk memberikan lebih banyak kepada masyarakat,” tambahnya.
Dalam sambutannya, Prof Ridha menekankan pentingnya pembangunan yang memprioritaskan manusia, bukan hanya infrastruktur. “Hari ini kita sering bicara tentang fasilitas, tetapi kita lupa bahwa fokus pembangunan harus memanusiakan manusia. Pembangunan jalan itu penting, tapi siapa yang akan melewatinya? Kita harus memastikan warga Medan benar-benar menikmati pembangunan yang ada,” jelasnya.
Ia juga menggarisbawahi cita-citanya untuk menjamin kesejahteraan setiap keluarga di Medan. “Kita harus pastikan ada nasi panas di meja makan setiap keluarga di kota Medan. Itulah tanggung jawab terbesar seorang pemimpin,” pungkasnya.
Prof Ridha juga memaparkan gagasannya mengenai peran strategis Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam pembangunan kota. Menurutnya, BUMD harus lebih aktif dalam meningkatkan pendapatan asli daerah serta membuka lapangan pekerjaan bagi warga Medan.
“Melalui pemerintah, ada dua tangan yang bisa berperan besar: tangan kedinasan dan tangan BUMD. Kota Medan tidak punya tambang, lahan luas untuk pertanian besar, atau sumber daya alam seperti daerah lain. Tapi kita bisa berfokus pada industri kreatif yang mampu menciptakan nilai tambah, misalnya dalam hortikultura,” ujar Prof Ridha.
Ia mencontohkan banyaknya warung-warung yang bermunculan di Medan, yang seharusnya bisa diintegrasikan dengan industri yang dikelola pemerintah untuk meningkatkan pendapatan dan membuka lapangan kerja baru. “Jika BUMD berperan aktif dalam mengelola dan memasarkan produk-produk lokal, kita bisa meminimalkan masalah kemiskinan dan pengangguran,” lanjutnya.
Prof Ridha juga menyoroti posisi Medan sebagai pusat ekonomi Sumatera Utara, yang sering menjadi tujuan pertama wisatawan dan investor. “Medan ini adalah etalase. Meskipun Berastagi, Bukit Lawang, atau Danau Toba ada di luar Medan, pengunjung tetap akan melewati Medan dulu. Pemerintah kota harus mengambil peran penting dari situasi ini untuk menambah pendapatan daerah,” tegasnya.
Selain industri kreatif, Prof Ridha menyinggung potensi besar dalam sektor kesehatan. “Banyak warga dari luar kota datang ke Medan untuk mendapatkan layanan kesehatan berkualitas. Kita bisa membangun institusi pelayanan kesehatan bertaraf internasional yang mampu menarik pasar premium ini, sehingga Medan menjadi pusat kesehatan unggulan,” jelasnya.
Di akhir sambutannya, Prof Ridha mengajak warga untuk bersama-sama bergerak, dan menyampaikan akan ada dialog lanjutan untuk menjelaskan visinya lebih detail.
“Saya mohon maaf tidak bisa menjawab semua pertanyaan hari ini, tapi saya siap untuk dialog lebih lanjut di kesempatan berikutnya,” tutup Prof. Ridha sembari beranjak meninggalkan lokasi. (wol/rls/ags)
Discussion about this post