SINABANG, Waspada.co.id – Siapa yang tak tahu Kabupaten Simeulue? Ya, ‘Negeri Kepulauan’ yang berada di wilayah barat Provinsi Aceh ini dikenal dengan beragam potensinya.
Selain komoditas cengkeh yang pernah melegenda, kabupaten ini juga tersohor karena limpahan hasil ternak jenis ruminansia seperti kerbau.
Informasi yang digali Waspada Online, (Group Harian Waspada), pada tahun 1970 – 1990an, populasi kerbau Simeulue bahkan mencapai ratusan ribu ekor.
Masa itu, boleh dikatakan Simeulue merupakan salah satu daerah lumbungnya ternak kerbau yang sukses memenuhi permintaan pasar. Bukan hanya tingkat Aceh dan Sumatera, namun juga menembus pasar nasional. Kejayaan tersebut diikuti pula dengan meningkatnya ekonomi masyarakat.
Sayang, seiring berjalannya waktu, populasi rumpun kerbau di Kabupaten Simeulue mulai mengalami degradasi (penurunan). Tahun 2014 misalnya, data nasional merilis jumlahnya berkisar 38 ribu. Sementara tahun 2024 kurang lebih sebanyak 21 ribu ekor.
Dari analisis Dinas Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disbunnakkeswan) Kabupaten Simeulue mengungkap, penyebab menurunannya populasi kerbau dipicu berbagai faktor.
Di antaranya, pola masyarakat yang masih menerapkan sistem ekstensif, keterbatasan Hijauan Pakan Ternak (HPT) dan konsentrat, pemotongan ternak kerbau yang produktif, serangan penyakit Septicaemia Epizootica termasuk tak tersedianya balai pembibitan ternak.
Walau demikian, hingga saat ini Kabupaten berjuluk ‘Ate Fulawan’ (berhati emas) itu masih bertahan menyandang predikat daerah penghasil ternak kerbau terbesar di Provinsi Aceh.
Namun, jika tak diantisipasi, bukan tak mungkin populasi hewan dengan nama latin Bubalus itu akan tergerus dan kejayaannya tinggal cerita.
Karena itu, untuk mengantisipasi persoalan tersebut, pemerintah setempat melakukan upaya kongkrit. Teranyar, merumuskan pola transformasi pengembangan rumpun kerbau melalui pembangunan kawasan peternakan terpadu.
Terobosan inovatif itu digagas oleh Disbunnakkeswan Simeulue.
Diwawancara pewarta media ini, Kamis (17/10), Kadis Disbunnakkeswan Simeulue, Hasrat SP mengatakan pembangunan kawasan peternakan terpadu yang dipusatkan di Kecamatan Alafan dicetus sebagai langkah strategis untuk melestarikan rumpun kerbau Simeulue.
Tujuannya, menjamin kelestarian plasma nutfah meningkatkan populasi dan produktivitas, meningkatkan ekonomi masyarakat dan restribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta menargetkan Simeulue menjadi eksportir daging kerbau yang aman, sehat, utuh dan halal.
“Ini sekaligus menjawab visi Ditjen PKH. Yakni, tahun 2045 Indonesia menjadi lumbung pangan asia,” ucap Hasrat.
Adapun metode yang dijelaskan, yaitu melakukan intensifikasi pola peternakan, pembangunan kawasan peternakan terpadu, pengoptimalan kegiatan UPSUS SIWAB, meningkatkan sinergitas instansi pusat dan daerah termasuk mendorong hadirnya sekolah lapang peternakan Simeulue.
Dengan begitu, pihaknya optimis peternakan kerbau Simeulue ke depannya akan mampu bangkit dan berkembang. Terlebih, Disbunnakkeswan Simeulue bersama Unsyiah sebelumnya telah melakukan studi kelayakan.
“Karena itu, untuk mewujudkannya, dibutuhkan komitmen dan konsistensi bersama dibarengi perhatian serius dari sisi kebijakan anggaran,” timpal Hasrat lagi.
Dikatakan, kerbau merupakan salah satu sektor andalan nasional dalam mendukung ketahanan pangan.
Fakta itu didasari karena tingginya permintaan kebutuhan protein yang dihasilkan dari daging kerbau bahkan hingga ke berbagai negara.
Menariknya, antara lain; Kabupaten Simeulue masuk salah satu daerah di Indonesia yang dinobatkan penghasil rumpun kerbau.
“Ini membuktikan Simeulue memiliki potensi besar di bidang peternakan,” tandasnya.
Disisi lain, gagasan Inovatif Disbunnakkeswan Simeulue mendapat penilaian positif Pj Bupati Teuku Reza Fahlevi MM.
Ampon Reza, demikian sapaan akrabnya, menyampaikan dukungan penuh atas upaya pelestarian dan pengembangan rumpun kerbau Simeulue.
“Kami mendukung sepenuhnya gagasan Kadis perkebunan, peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten Simeulue dalam upaya pelestarian rumpun kerbau Simeulue dengan pola pemeliharaan intensif sebagai upaya meningkatkan ekonomi masyarakat melalui pembangunan kawasan peternakan terpadu di Kabupaten Simeulue,” ucap Pj Reza Fahlevi.
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post