MEDAN, Waspada.co.id – Aflah Fajari merupakan sosok inspiratif yang sedari kecil sudah menjalani hidupnya sebagai korban dampak erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara pada 2010 silam. Namun, hal tersebut tidak menjadikannya alasan untuk menyerah.
Walaupun hidup di keluarga yang sederhana, tetapi Aflah memiliki tekad yang kuat untuk memberikan kesempatan yang lebih baik bagi generasi muda di daerah terpencil.
Tepat pada tahun 2019, Aflah mendirikan Rumah Internet atau yang dikenal dengan Rumnet, yaitu sebuah organisasi relawan yang berfokus pada pendidikan, teknologi, literasi, dan pemberdayaan masyarakat.
Rumnet terlahir dari keresahan Aflah terkait kesenjangan akses pendidikan di daerah pedalaman, terutama di Sumatera Utara. Melalui Rumnet, Aflah dan timnya berusaha membawa teknologi dan literasi bagi anak-anak yang semangat untuk keluar dari kesulitan guna meraih pendidikan yang setara.
Dimulai dari lokasi kegiatan yang diakukan di Dusun XV Kurandak, setiap akhir pekan, relawan Rumnet memberikan pelajaran dan bimbingan untuk anak-anak di dusun tersebut. Tidak hanya itu, relawan Rumnet juga membantu mereka memberikan pemahaman akan teknologi dan memperdalam pengetahuan umum. Karena kerja keras Aflah dan timnya, Rumnet berhasil berkembang dan pada tahun 2024 resmi membuka desa binaan kedua di Desa Kuala Besar.
Namun, perjalanan mendirikan dan mengembangkan Rumnet tidaklah mudah. Salah satu tantangan besar yang dihadapi Aflah hingga saat ini adalah pendanaan. Sebagai organisasi yang tidak memiliki sumber pendanaan yang tetap, Rumnet sering bergantung kepada sumbangan, penggalangan dana, pengajuan proposal dan kompetisi untuk mendanai kegiatan mereka.
Tantangan tersebut sangat amat terasa saat pandemi Covid-19 menyerang, karena adanya kebijakan dari pemerintah yang membuat semua kegiatan Rumnet menjadi terhambat. Namun, Aflah dan timnya tidak menyerah sampai disitu.
Rumnet berhasil beradaptasi untuk berpartisipasi dalam berbagai kompetisi pendanaan, seperti mengadakan penggalangan dana dan bahkan turun ke jalan untuk mencari dukungan finansial.
Tidak berhenti sampai disitu, Aflah dan timnya juga menghadapi tantangan lain selain masalah pendanaan.
“Rumnet juga menghadapi tantangan dalam menarik kalangan muda seperti mahasiswa untuk terlibat sebagai relawan. Mengingat tren yang terus berubah seiring perkembangan zaman, saya sadar bahwa mahasiswa saat ini lebih tertarik untuk mengikuti program seperti magang di perusahaan atau mengikuti pertukaran pelajar. Berbeda seperti saat saya menjadi mahasiswa dahulu,” ungkap Aflah.
Namun, hal tersebut tidak dijadikannya penghalang, Aflah tetap berusaha membuat Rumnet terlihat menarik, bermanfaat serta relevan dengan generasi muda zaman sekarang. Baginya, Rumnet tidak hanya untuk membantu sesama, tetapi juga membangun ekosistem yang saling mendukung antara kegiatan sosial dan bisnis yang dikelolanya di bidang F&B seperti Fans Potato, Danusan dan Shawarma Alhambra.
Dengan lebih dari 70 relawan yang terlibat dari berbagai kampus, Rumnet telah menjadi platform bagi anak-anak generasi muda untuk belajar, berbagi, dan berkontribusi kepada masyarakat.
Ke depannya, Aflah berharap Rumnet bisa mandiri tanpa mengandalkan donasi dan bisa mendapatkan dukungan finansial yang layak. Dengan tekad dan visi misi yang kuat, serta semangat pantang menyerah, Aflah Fajari terus berupaya menciptakan rantai kebaikan yang tak terputus, menjadikan Rumnet sebagai inspirasi bagi anak-anak pedesaan dan generasi muda di Sumatera Utara untuk sekarang dan di masa yang akan datang. (wol/ari/d1)
Discussion about this post